Rabu, 30 Juni 2010

Fadhilah membaca Ratib al-Athas

RATIB AL-IMAM AL-QUTHUB AL-HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN AL-‘ATTHOS

. ياايّها الّذين امنوا اذكرواالله ذكرا كثيرا وسبّحوا بكرة واصيلا

"Wahai orang-orang yang beriman perbanyaklah ingatan kamu kepada Allah SWT dan pujilah Dia pagi dan petang". (Al-Ahzab : 41 )

Makna Ratib Kata Ratib diambil dari kata Rotaba Yartubu Rotban Rutuuban atau Tarottaba Yatarottabu Tarottuban, yang berarti tetap atau tidak bergerak. Jadi kata Ratib menurut Lughot (bahasa) artinya kokoh atau yang tetap. Sedangkan menurut istilah, Ratib diambil dari kata Tartiibul-Harsi Lil-Himaayah ( penjagaan secara rutin untuk melindungi sesuatu atau seseorang ). Apabila disebuah tempat ada bala tentara yang berjaga guna melindungi masyarakat, maka mereka disebut Rutbah, dan jika yang berjaga satu orang maka disebut Ratib, para ulama berpendapat makna Ratib adalah kumpulan atau himpunan ayat-ayat Al-qur’an dan untaian kalimat-kailmat dzikir yang lazim diamalkan atau dibaca secara berulang-ulang sebagai salah satu cara untuk bertaqorrub (mendekatkan diri kepada Allah SWT) Keberkatan Ratib Al-Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthos. 

Ratib Habib Umar yang dibari nama Azizul Manl Wafathul Babil Wisol seperti dikatakan oleh Al-Habib Ali bin Hasan AL-Atthos di dalam kitab Al-Qirthos bagian kedua juz pertama : “ Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam melalui Habib Umar “.ketahuilah bahwa Ratib yang besar dan Hizib yang kokoh dan sumber yang murni ini, yaitu Ratib Habib Umar Al-Atthos terkandung didalamnya rahasia-rahasia dan Nur-Nur, manfaat yang besar, faedah-faedah yang luar biasa tinggi nilainya, dan tak dapat diperkirakan batas kekuatan pemeliharaanya. Al-Habib Ali bin Hasan Al-Atthos mengatakan sepengetahuan kami Al-Habib Umar tidak ada sesuatu yang di tinggalkannya berupa bekas peninggalan ( seperti kitab atau masjid terkecuali Ratib ini ) maka dengan jelas Ratib ini diintisabkan kepada pribadinya langsung.

Konstelasi politik pada masa demokrasi terpimpin

A. Dekrit Presiden: Awal Mula Demokrasi Terpimpin

Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan Juni 1959, akhirnya mendorong Presiden Soekarno untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin.

Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD.1 Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959, diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama.


B. Manipol-Usdek dan Nasakom: Struktur Konstitusi dan Ideologi Demokrasi Terpimpin

Demokrasi Terpimpin sebenarnya, terlepas dari pelaksanaannya yang dianggap otoriter, dapat dianggap sebagai suatu alat untuk mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam pertengahan tahun 1950-an.2 Untuk menggantikan pertentangan antara partai-partai di parlemen, suatu sistem yang lebih otoriter diciptakan dimana peran utama dimainkan oleh Presiden Soekarno. Ia memberlakukan kembali konstitusi presidensial tahun 1945 pada tahun 1959 dengan dukungan kuat dari angkatan darat. Akan tetapi Soekarno menyadari bahwa keterikatannya dengan tentara dapat membahayakan kedudukannya, sehingga ia mendorong kegiatan-kegiatan dari kelompok-kelompok sipil sebagai penyeimbang terhadap militer. Dari kelompok sipil ini yang paling utama adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan juga walau tidak begitu signifikan peranan dari golongan agama, yaitu khususnya yang diwakili oleh NU yang tergabung dalam poros nasakom soekarno semasa pemberlakuan demokrasi terpimpin. Meskipun pemimpin PKI maupun Angkatan Darat mengaku setia kepada Presiden Soekarno, mereka sendiri masing-masing terkurung dalam pertentangan yang tak terdamaikan.

Soekarno berusaha mengumpulkan seluruh kekuatan politik yang saling bersaing dari Demokrasi Terpimpin dengan jalan turut membantu mengembangkan kesadaran akan tujuan-tujuan nasional. Ia menciptakan suatu ideologi nasional yang mengharapkan seluruh warga negara memberi dukungan kesetiaan kepadanya. Pancasila ditekankan olehnya dan dilengkapi dengan serangkaian doktrin seperti Manipol-Usdek dan Nasakom. Dalam usahanya mendapatkan dukungan yang luas untuk kampanye melawan Belanda di Irian Barat dan Inggris di Malaysia, ia menyatakan bahwa Indonesia berperan sebagai salah satu pimpinan “kekuatan-kekuatan yang sedang tumbuh” di dunia, yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh Nekolim (neokolonialis, kolonialis dan imperialis). Sebagai lambang dari bangsa, Soekarno bermaksud menciptakan suatu kesadaran akan tujuan nasional yang akan mengatasi persaingan politik yang mengancam kelangsungan hidup sistem Demokrasi Terpimpin.

Sampai dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 pada bulan Juli 1959, Presiden Soekarno adalah pemegang inisiatif politik, terutama dengan tindakan dan janji-janjinya yang langsung ditujukan kepada pembentukan kembali struktur konstitusional. Akan tetapi, tekananannya kemudian mulai bergeser kepada tindakan simbolis dan ritual, serta khususnya kepada perumusan ideologi seraya melemparkan gagasan-gagasannya berulang kali. Presiden Soekarno dalam hal ini menciptakan doktrin negara yang baru.3 Demokrasi terpimpin dan gagasan presiden yang sehubungan dengan itu sudah menguasai komunikasi massa sejak pertengahan tahun 1958. Sejak itu tidak mungkin bagi surat kabar atau majalah berani terang-terangan mengecam Demokrasi Terpimpin, lambang dan semboyan-semboyan baru. Pada paruh kedua 1959, Presiden Soekarno semakin mementingkan lambang-lambang. Dalam hubungan ini yang terpenting ialah pidato kenegaraan presiden pada ulang tahun kemerdekaan RI tahun 1959 dan selanjutnya hasil kerja Dewan Pertimbangan Agung dalam penyusunan secara sistematis dalil-dalil yang terkandung dalam pidato tersebut. Pidato kenegaraan yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”, sebagian besar memuat alasan-alasan yang membenarkan mengapa harus kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Sesungguhnya hanya sedikit tema-tema baru dalam pidato presiden, tetapi pidato itu penting karena berkaitan dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar revolusioner tersebut. Tiga bulan setelah pidato kenegaraannya itu, Presiden Soekarno menyatakan naskah pidato itu menjadi “manifesto politik Republik Indonesia”. Bersamaan dengan itu presiden mengesahkan rincian sistematikanya yang disusun oleh Dewan Pertimbangan Agung. Dalam pidato-pidatonya di awal tahun 1959, presiden selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima gagasan penting.4 Pertama, Undang-Undang Dasar 1945; kedua, sosialisme ala Indonesia; Ketiga, Demokrasi Terpimpin; keempat, Ekonomi Terpimpin; dan yang terakhir kelima, kepribadian Indonesia. Dengan mengambil huruf pertama masing-masing gagasan itu maka muncullah singkatan USDEK. “Manifesto politik Republik Indonesia” disingkat “Manipol”, dan ajaran baru itu dikenal dengan nama “Manipol-USDEK”.

Manipol-USDEK benar-benar memiliki daya pikat bagi banyak masyarakat politik. Masyarakat politik ini, yang didominasi pegawai negeri, sudah lama mendukung apa yang selalu ditekankan presiden mengenai kegotong-royongan, menempatkan kepentingan nasional diatas kepentringan golongan dan kemungkinan mencapai mufakat melalui musyawarah yang dilakukan dengan penuh kesabaran. Ada dua sebab mengenai hal ini pertama, keselarasan dan kesetiakawanan merupakan nilai yang dijunjung masyarakat-masyarakat Indonesia. Dan kedua, bangsa Indonesia benar-benar menyadari betapa berat kehidupan yang mereka rasakan akibat keterpecahbelahan mereka dalam tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, banyak yang tertarik kepada gagasan bahwa apa yang diperlukan Indonesia dewasa ini adalah orang-orang yang berpikiran benar, berjiwa benar dan patriot sejati. Bagi anggota beberapa komunitas Indonesia, terutama bagi orang-orang Jawa, mereka menemukan makna yang sesungguhnya dalam berbagai skema rumit yang disampaikan presiden itu ketika mengupas cara pandang secara panjang lebar Manipol-USDEK, yang menjelaskan arti dan tugas-tugas khusus tahapan sejarah sekarang ini.

Barangkali daya tarik terpenting Manipo-USDEK terletak pada kenyataan bahwa ideologi ini menyajikan sebuah arah baru. Mereka tidak begitu banyak tertarik pada makna dasar dari arah tersebut. Yang pokok ialah bahwa presiden menawarkan sesuatu pada saat terjadi ketidakjelasan arah yang dituju. Nilai-nilai dan pola-pola kognitif berubah terus dan saling berbenturan, sehingga timbul keinginan yang kuat untuk mencari perumusan yang dogmatis dan skematis mengenai apa yang baik dalam politik. Satu tanggapan umum terhadap Manipol-USDEK ialah bahwa Manipol-USDEK bukanlah merupakan ideologi yang sangat baik atau lengkap tetapi pada akhir tahun 1950an dibutuhkan sebuah ideologi dalam kerangka pembangunan Indonesia.

Sebenarnya hanya di sebagian masyarakat politik saja Manipol-USDEK diterima sepenuh hati, sedangkan di sebagian yang lain menaruh kecurigaan dan kekhawatiran. Manipol-USDEK itu sendiri tidaklah begitu jelas. Selain itu, bukan pula suatu upaya unutk menyelaraskan semua pola penting dari orientasi politik yang ada di Indonesia. Ideologi negara apapun belum mampu menjembatani perbedaan perbedaan besar orientasi politik kutub aristokratis Jawa dan kutub kewiraswastaan Islam. Pada pelaksanaannya, Manipol-USDEK tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Jadi, banyak kalangan Islam yang kuat keyakinannya, khususnya dari suku bukan Jawa, melihat rumusan baru itu sebagai pemikiran yang asing. Karena itulah maka pelaksanaan manipol Usdek dapat disimpulkan dilakukan dengan paksaan.


C. Kehidupan Politik Masa Demokrasi Terpimpin

Soekarno dengan konsep Demokrasi Terpimpinnya menilai Demokrasi Barat yang bersifat liberal tidak dapat menciptakan kestabilan politik.5 Menurut Soekarno, penerapan sistim Demokrasi Barat menyebabkan tidak terbentuknya pemerintahan kuat yang dibutuhkan untuk membangun Indonesia. Pandangan Soekarno terhadap sistem liberal ini pada akhirnya berpengaruh terhadap kehidupan partai politik di Indonesia. Partai politik dianggap sebagai sebuah penyakit yang lebih parah daripada perasaan kesukuan dan kedaerahan. Penyakit inilah yang menyebabkan tidak adanya satu kesatuan dalam membangun Indonesia. Partai-partai yang ada pada waktu itu berjumlah sebanyak 40 partai dan ditekan oleh Soekarno untuk dibubarkan. Namun demikian, Demokrasi Terpimpin masih menyisakan sejumlah partai untuk berkembang. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan Soekarno akan keseimbangan kekuatan yang labil dengan kalangan militer. Beberapa partai dapat dimanfaatkan oleh Soekarno untuk dijadikan sebagai penyeimbang.

Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang nyata. Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama yang didominasi oleh sebuah ideologi. Dengan demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun awal Demokrasi Terpimpin. Partai politik seperti NU dan PNI dapat dikatakan pergerakannya dilumpuhkan karena ditekan oleh presiden yang menuntut agar mereka menyokong apa yang telah dilakukan olehnya. Sebaliknya, golongan komunis memainkan peranan penting dan temperamen yang tinggi. Pada dasarnya sepuluh partai politik yang ada tetap diperkenankan untuk hidup, termasuk NU dan PNI, tetapi semua wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang sesuai dengan doktrin presiden.6

Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak belakang dengan konsepsi Soekarno. Penetapan Presiden (Penpres) adalah senjata Soekarno yang paling ampuh untuk melumpuhkan apa saja yang dinilainya menghalangi jalannya revolusi yang hendak dibawakannya. Demokrasi terpimpin yang dianggapnya mengandung nilai-nilai asli Indonesia dan lebih baik dibandingkan dengan sistim ala Barat, ternyata dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada praktek pemerintahan yang otoriter. Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum tahun 1955 yang didalamnya terdiri dari partai-partai pemenang pemilihan umum, dibubarkan. Beberapa partai yang dianggap terlibat dalam pemberontakan sepanjang tahun 1950an, seperti Masyumi dan PSI, juga dibubarkan dengan paksa. Bahkan pada tahun 1961 semua partai politik, kecuali 9 partai yang dianggap dapat menyokong atau dapat dikendalikan, dibubarkan pula.7

Dalam penggambaran kiprah partai politik di percaturan politik nasional, maka ada satu partai yang pergerakan serta peranannya begitu dominan yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada masa itu kekuasaan memang berpusat pada tiga kekuatan yaitu, Soekarno, TNI-Angkatan Darat, dan PKI. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran mengenai kehidupan partai politik pada masa demokrasi terpimpin, pergerakan PKI pada masa ini tidak dapat dilepaskan.

PKI di bawah pemimpin mudanya, antara lain Aidit dan Nyoto, menghimpun massa dengan intensif dan segala cara, baik secara etis maupun tidak. Pergerakan PKI yang sedemikian progresifnya dalam pengumpulan massa membuat PKI menjadi sebuah partai besar pada akhir periode Demokrasi Terpimpin. Pada tahun 1965, telah memiliki tiga juta orang anggota ditambah 17 juta pengikut yang menjadi antek-antek organisasi pendukungnya, sehingga di negara non-komunis, PKI merupakan partai terbesar.

Hubungan antara PKI dan Soekarno sendiri pada masa Demokrasi Terpimpin dapat dikatakan merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963, MPRS mengangkatnya menjadi presiden seumur hidup. Keputusan ini mendapat dukungan dari PKI. Sementara itu di unsur kekuatan lainnya dalam Demokrasi Terpimpin, TNI-Angkatan Darat, melihat perkembangan yang terjadi antara PKI dan Soekarno, dengan curiga. Terlebih pada saat angkatan lain, seperti TNI-Angkatan Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya untuk menyaingi kekuatan TNI-Angkatan Darat dan memecah belah militer untuk dapat ditunggangi. Keretakan hubungan antara Soekarno dengan pemimpin militer pada akhirnya muncul. Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya. Sikap militan yang radikal yang ditunjukkan PKI melalui agitasi dan tekanan-tekanan politiknya yang semakin meningkat, membuat jurang permusuhan yang terjadi semakin melebar. Konflik yang terjadi itu kemudian mencapai puncaknya pada pertengahan bulan September tahun 1965.

Seperti yang telah disebutkan di atas, partai politik pada masa Demokrasi Terpimpin mengalami pembubaran secara paksa. Pembubaran tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara diterapkannya Penerapan Presiden (Penpres) yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 1959. Peraturan tersebut menyangkut persyaratan partai, sebagai berikut:8

1.

Menerima dan membela Konstitusi 1945 dan Pancasila.
2.

Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
3.

Menerima bantuan luar negeri hanya seizin pemerintah.
4.

Partai-partai harus mempunyai cabang-cabang yang terbesar paling sedikit di seperempat jumlah daerah tingkat I dan jumlah cabang-cabang itu harus sekurang-kurangnya seperempat dari jumlah daerah tingkat II seluruh wilayah Republik Indonesia.
5.

Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
6.

Presiden berhak membubarkan partai, yang programnya diarahkan untuk merongrong politik pemerintah atau yang secara resmi tidak mengutuk anggotanya partai, yang membantu pemberontakan.

Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang diakui dan dianggap memenuhi prasyarat di atas. Melalui Keppres No. 128 tahun 1961, partai-partai yang diakui adalah PNI, NU, PKI, Partai Katolik, Partai Indonesia, Partai Murba, PSII dan IPKI. Sedangkan Keppres No. 129 tahun 1961 menolak untuk diakuinya PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng Lalo dan partai rakyat nasional Djodi Goondokusumo. Selanjutnya melalui Keppres No. 440 tahun 1961 telah pula diakui Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam (Perti).

Demikianlah kehidupan partai-partai politik di masa Demokrasi Terpimpin. Partai-partai tersebut hampir tidak bisa memainkan perannya dalam pentas perpolitikan nasional pada masa itu. Hal ini dimungkinkan antara lain oleh peran Soekarno yang amat dominan dalam menjalankan pemerintahannya dengan cirinya utamanya yang sangat otoriter pada waktu itu di era demokrasi terpimpin.



Daftar Pustaka


Crouch, Herbert, Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1999.

Feith, Herbert. Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Karim, Rusli, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang-Surut, Jakarta: Rajawali Pers, 1993.

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959—1965). Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Marwati Djoened Poesponegoro dkk., Sejarah Nasional Indonesia jilid VI, Jakarta: Depdikbud-Balai Pustaka, 1993.


1 Marwati Djoened Poesponegoro dkk., Sejarah Nasional Indonesia jilid VI, Jakarta: Depdikbud-Balai Pustaka, 1993., hal. 311

2 Crouch, Herbert, Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1999., hal.44

3 Feith, Herbert. Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995., hal. 79

4 Ibid., hal. 80

5 Karim, Rusli, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah ... , Jakarta: Rajawali Pers, 1993., hal. 140

6 Ibid., hal. 142

7 Ibid., hal. 143

8 Ibid., hal 148

Sejarah Sholawat Burdah

SEJARAH SINGKAT SHOLAWAT BURDAH

Posted: 27 Jun 2010 09:32 PM PDT


Burdah artinya mantel, dapat juga diartikan shifa (kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang suka memuji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter manapun.

Tak lama kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya untuk menyusun syair ang berisi pujian kepada Rasulullah. Maka beliau mengarang Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun Burdah, beliau kembali mimpi bertemu Rasulullah yang menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya.




Qoshidah Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi dari timur sampai barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk membaca Burdah di majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70 kali.

Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa Syu’araa (penyair) di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Rasulullah dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan kasroh/khofadz. Padahal Rasulullah agung dan tinggi (rofa’). Kemudian Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama Humaziyyah yang bait-baitnya berakhir dengan dhommah (marfu’).

Imam Busyiri juga menyusun Qoshidah Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut terdapat bait yang artinya,

“Aku bersholawat kepada Rasulullah sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah." Kemudian dalam mimpinya, beliau melihat Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala sholawat yang dibaca tersebut.

Habib Salim juga bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah. Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun bermimpi dan Rasulullah berkata, ”Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya?! Aku akan memotong tanganmu.”

Kemudian datanglah Sayidina Abu Bakar r.a meminta syafaat untuknya dan dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya terdapat tanda bekas potongan dan keluar cahaya dari situ.

Habib Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait ” maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, dan memakai wewangian.

Senin, 28 Juni 2010

anekdot perdebatan wahabi - ASWAJA

ANEKDOT PERDEBATAN

Anekdot perdebatan antara Wahabi & Salafi dengan Ahlus Sunah Wal Jama’ah
Wahabi & Salafi (WS): "Maulid dan tahlilan itu haram, dilarang di dalam agama."
Ahlussunnah (AJ) : "Yang dilarang itu bid'ah, bukan Maulid atau tahlilan, bung!

WS : "Maulid dan tahlilan tidak ada dalilnya."
AJ : "Makanya jangan cari dalil sendiri, enggak bakal ketemu. Tanya dong sama guru, dan baca kitab ulama, pasti ketemu dalilnya."

WS : "Maulid dan tahlilan tidak diperintah di dalam agama."
AJ : "Maulid dan tahlilan tidak dilarang di dalam agama."

WS : "Tidak boleh memuji Nabi Saw. secara berlebihan."
AJ : "Hebat betul anda, sebab anda tahu batasnya dan tahu letak berlebihannya. Padahal, Allah saja tidak pernah membatasi pujian-Nya kepada Nabi Saw. dan tidak pernah melarang pujian yang berlebihan kepada beliau."

WS : "Maulid dan tahlilan adalah sia-sia, tidak ada pahalanya."
AJ : "Sejak kapan anda berubah sikap seperti Tuhan, menentukan suatu amalan berpahala atau tidak, Allah saja tidak pernah bilang bahwa Maulid dan tahlilan itu sia-sia."

WS : "Kita dilarang mengkultuskan Nabi Saw. sampai-sampai menganggapnya seperti Tuhan."
AJ : "Orang Islam paling bodoh pun tahu, bahwa Nabi Muhammad Saw. itu Nabi dan Rasul, bukan Tuhan."

WS : "Ziarah ke makam wali itu haram, khawatir bisa membuat orang jadi musyrik."
AJ : "Makanya, jadi orang jangan khawatiran, hidup jadi susah, tahu."

WS : "Mengirim hadiah pahala kepada orang meninggal itu percuma, tidak akan sampai."
AJ : "Kenapa tidak! kalau anda tidak percaya, silakan anda mati duluan, nanti saya kirimkan pahala al-Fatihah kepada anda."

WS : "Maulid itu amalan mubazir. Daripada buat Maulid, lebih baik biayanya buat menyantuni anak yatim."
AJ : "Cuma orang pelit yang bilang bahwa memberi makan atau berinfak untuk pengajian itu mubazir. Sudah tidak menyumbang, mencela pula."

WS : "Maulid dan tahlilan itu bid'ah, tidak ada di zaman Nabi saw."
AJ : "Terus terang, Muka anda juga bid'ah, karena tidak ada di zaman Nabi Saw."

WS : "Semua bid'ah (hal baru yang diada-adakan) itu sesat, tidak ada bid'ah yang baik/hasanah."
AJ : "Saya ucapkan selamat menjadi orang sesat. Sebab Nabi Saw. tidak pernah memakai resleting, kemeja, motor, atau mobil seperti anda. Semua itu bid'ah, dan semua bid'ah itu sesat."

WS : "Kasihan, masyarakat banyak yang tersesat. Mereka melakukan amalan bid'ah yang berbau syirik."
AJ : "Sudah lah, kalau anda masih bodoh, belajarlah dulu, sampai anda bisa melihat jelas kebaikan di dalam amalan mereka."

WS : "Saya menyesal dilahirkan oleh orang tua yang banyak melakukan bid'ah."
AJ : "Orang tua anda juga pasti sangat menyesal karena telah melahirkan anak durhaka yang sok pintar seperti anda."

WS : "Para penceramah di acara Maulid, bisanya hanya mencaci maki dan memecah belah umat."
AJ : "Sebetulnya, para penceramah itu hanya mencaci maki orang seperti anda yang kerjanya menebar keresahan dan benih perpecahan di kalangan umat."

WS : "Qunut Shubuh itu bid'ah, tidak ada dalilnya, haram hukumnya."
AJ : "Kasihan, rokok apa yang anda hisap? Setahu saya, di dalam iklan, merokok Star Mild hanya membuat orang terobsesi menjadi sutradara atau orator. Sedangkan anda sudah terobsesi menjadi ulama besar yang mengalahkan Imam Syafi'I yang mengamalkan qunut shubur. Lebih Brasa, Brasa Lebih pinter gitu loh!!!!!!!!!!!!

Ajakan:
Saudara-saudara ku Muslimin dan Muslimat ayo kita jaga ukhuwah Islamiyyah, saling ramah tamah, berbuat baik lahir-bathin kepada orang lain, kepada sesama manusia, walaupun berlainan aliran partai, organisasi, berlainan pendapat (khilafiyah) dalam hal furu’iyah, jangan mudah menvonis syirik, bid’ah dan menyalahkan pendapat yang berbeda dengan golongannya. Ayo kita menata hati, memperbaiki niat, agar kita dapat bermujahadah menghilangkan sifat-sifat tercela dan berusaha menghiasi diri kita dengan sifat-sifat terpuji. Semoga Alloh Swt memperbaiki urusan kaum Muslimin dan mencegah kejahatan yang mengganggu, serta melimpahkan kepada kita semua Khusnul khatimah. “Aamiin Ya Alloh Ya Rohmaan Ya Rohiim, antal Jawaadul haliim wa Anta Ni’mal Mu’iin”.
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah)

Sabtu, 26 Juni 2010

Masalah Bid'ah

Seputar masalah Bid’ah.
Arti bid’ah dalam Bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, kata bid’ah berarti: “sesuatu yang diadakan tanpa contoh yang terdahulu”. Disebutkan dalam kamus-kamus bahasa Arab:
a.Dalam al-Muhit, karangan Syirazi juz, III hal, 3 disebutkan:
“Al amru alladzii yakuunu awwalan”. Artinya: Sesuatu barang yang pertama adanya.
b.Dalam Muktarus Shihah, karangan Ar-Razi, hal, 379 disebutkan:
“Ikhtaro’ahu laa ‘ala mitsaalin”. Artinya: Mengadakan sesuatu tidak menurut contoh.
c.Dalam al-Mu’tamad hal, 28 disebutkan:
“Ikhtaro’ahu wa ansya ahu laa ‘ala mitsaalin”. Artinya: Diciptakan tanpa contoh.
d.dalam al-Munjid hal, 27 disebutkan:
“Maa uchditsa ‘ala ghairi mitsaalin saabiqin”. Artinya: Menciptakan dan membuat sesuatu tanpa contoh yang terdahulu.
Demikianlah arti bid’ah menurut bahasa Arab. Seluruh kamus menyatakan bahwa yang dinamakan bid’ah itu dalam bahasa Arab ialah sesuatu barang baru yang diciptakan dengan tidak ada contoh terlebih dahulu.
Si pencipta itu dinamakan Mubdi’ atau Mubtadi’. Langit dan bumi juga dikatakan bid’ah karena keduanya dijadikan Tuhan tanpa contoh. Tuhan dinamai “Badi’i” yaitu “Pencipta”. Didalam al-Qur’an terdapat ayat yang mengatakan bahwa Tuhan itu Badi’i, yang artinya pencipta langit dan bumi. Firman Nya:
“Tuhan yang menciptakan langit dan bumi (tanpa contoh)”. (QS. Al-Baqarah: 117)
Dan didalam al-Qur’an ada juga ayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw, bukanlah Nabi bid’ah, ya’ni Nabi yang tidak ada contohnya terlebih dahulu. Firman Alloh Swt:
“Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Saya bukanlah Rasul yang belum ada contohnya terlebih dahulu”. (QS. Al-Ahqaf: 9)
Memang, Nabi Muhammad Saw bukanlah satu-satunya Nabi dan Rasul, tetapi sebelum beliau sudah banyak Nabi-nabi, banyak Rasul-rasul, seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dll. Dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa arti bid’ah ialah sesuatu ciptaan dan yang mengadakannya dinamai “pencipta”.

Bid’ah menurut syara’.
Perlu diketahui bahwa definisi bid’ah menurut syara’ tidak terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits. Hal ini wajar karena kitab Suci al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi tidak bertugas untuk membuat definisi atau ta’rif. Tugas al-Qur’an dan Hadits hanyalah membawa dakwah Islamiyah untuk bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan Nabi pun bukan diutus untuk membuat definisi, tetapi hanya menjelaskan isi al-Qur’an dan untuk menyampaikan syari’at Islam.
Yang membuat definisi atau ta’rif hanyalah para ulama yang ahli setelah memperhatikan persoalan-persoalan yang akan diberi definisi itu dalam Qur’an atau Hadits, atsar-atsar sahabat Nabi dll. Oleh karena itu tidaklah heran kalau terdapat perbedaan-perbedaan definisi dalam suatu masalah karena pendapat orang berbeda-beda. Definisi bid’ah yang dirumuskan oleh beberapa ulama ahli fiqih yaitu:
Pertama, Syaikh Izzudin bin Abdus Salam, seorang ulama besar madzhab Syafi’i (w. 660 H) menerangkan definisi bid’ah dalam kitabnya “Qawa’idul Ahkam” yang artinya:
“Bid’ah itu adalah suatu pekerjaan keagamaan yang tidak dikenal pada zaman Rasulullah Saw”.
Maksudnya bahwa semua pekrjaan keagamaan yang belum ada atau tidak dikenal pada zaman Rasulullah, adalah “bid’ah” sekalipun pekerjaan itu pekerjaan yang baik. Misalkan mengumpulkan ayat-ayat Qur’an dalam satu mushaf (kitab), membukukan hadits-hadits Nabi, membukukan fiqih dan tafsir Qur’an, membukukan ilmu-ilmu ushuludin dan tasawuf, membangun madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah umum, merayakan mauled Nabi, memperingati Mi’raj Nabi, naik haji ke Mekah dengan kendaraan mobil, pesawat terbang semua pekerjaan ini dinamakan “bid’ah” karena hal itu semua belum ada dan belum dikenal pada zaman Nabi.
Kedua, menurut riwayat Abu Nu’im, Imam Syafi’i pernah berkata, yang artinya:
“Bid’ah itu dua macam, satu bid’ah terpuji dan yang lain bid’ah tercela. Bid’ah terpuji ialah yang sesuai dengan Sunnah Nabi dan bid’ah tercela ialah yang tidak sesuai atau menentang sunnah Nabi. (Fathul Bari’, juz XVII hal, 10).
Sesuai dengan Abu Nu’im, Imam Baihaqi ahli hadits yang terkenal menerangkan dalam kitab ”Manaqib Syafi’i” bahwa Imam Syafi’i pernah berkata yang artinya:
“Pekerjaan yang baru itu ada dua macam: 1. pekerjaan keagamaan yang menentang atau berlainan dengan Qur’an dan sunnah Nabi, Atsar dan Ijma’, ini dinamakan “bid’ah dhalalah”. 2. Pekerjaan keagamaan yang baik, yang tidak menentang salah satu dari tersebut diatas, adalah bid’ah juga, tetapi tidak tercela. (Fathul Bari’ juz XVII hal, 10).
Imam Syafi’i membagi dua bid’ah itu, yaitu:
a.Bid’ah Dhalalah, yaitu bid’ah sesat, bid’ah tercela, ialah pekerjaan keagamaan yang berlainan atau menentang kitabullah, menentang sunnah Nabi, Atsar sahabat-sahabat dan Ijma’.
b.Bid’ah Hasanah, yaitu pekerjaan keagamaan yang baik, yang tidak menentang kitabullah, tidak menentang sunnah Nabi, tidak menentang perbuatan sahabat-sahabat Nabi, tidak menentang Ijma’.
Dengan demikian tidaklah mudah mengatakan atau memvonis sesuatu “ini bid’ah dan itu bid’ah”. Akan tetapi semua pekerjaan keagamaan yang baru harus di teliti terlebih dahulu. Yang menentang Qur’an, Hadits, Atsar dan Ijma’ adalah bid’ah dhalalah, bid’ah sesat. Tetapi sebaliknya semua pekerjaan yang baru yang sesuai dengan Qur’an, Sunnah, Atsar dan Ijma’ semuanya itu termasuk bid’ah hasanah, bid’ah yang baik.
Imam Syafi’i berpendapat seperti diatas setelah memperhatikan sekalian hadits Nabi, sekalian perbuatan sahabat yang berkenaan dengan bid’ah. Dibawah ini ada tiga buah hadits yang menjadi dasar bagi pendapat Imam Syafi’i itu:
1.Rasulullah Saw pernah bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan kami ini (urusan agama) sesuatu yang tidak ada dalam agama, maka perbuatan itu ditolak (tidak diterima) atau bathal. (HR. Muslim, Syarah Muslim XII, hal, 16).
2.Rasulullah Saw juga pernah bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengadakan dalam Islam sunnah hasanah (sunnah yang baik) maka diamalkan orang kemudian sunnahnya itu, diberikan kepadanya pahala sebagai pahala orang yang mengerjakan kemudian dengan tidak mengurangkan sedikitpun dari pahala orang yang mengerjakan kemudian itu. Dan barangsiapa yang mengadakan dalam Islam sunnah sayi’ah (sunnah buruk), maka diamalkan orang kemudian sunnah buruknya itu, diberikan kepadanya dosa seperti dosa orang yang mengerjakan dengan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa orang yang mengerjakan kemudian itu. (HR. Muslim, Syarah Muslim, XIV, hal, 226).
Didalam hadits ini ternyata bahwa setiap orang Muslim dibolehkan dan bahkan dianjurkan supaya mengadakan “sunnah hasanah” (sunnah baik), dan dilarang keras mengadakan “sunnah Sayi’ah” (sunnah yang buruk).
3.Dalam kitab hadits Bukhari, disebutkan:
“Dari Abdurahman bin Abdul Qarai, beliau berkata: “Saya keluar bersama sayyidina Umar ibn Khatab (khalifah Rasyidin) pada suatu malam bulan Ramadhan ke masjid Madinah.
Didapati dalam masjid itu orang-orang shalat tarawih bercerai berai. Ada yang shalat sendiri-sendiri, ada yang shalat dengan beberapa orang dibelakangnya. Maka sayyidina Umar berkata: “Saya berpendapat akan mempersatukan orang-orang ini. Kalau disatukan dengan seorang Imam sesungguhnya lebih baik. Serupa dengan shalat Rasulullah”. Maka beliau satukan orang-orang itu shalat di belakang seorang Imam, namanya Ubay bin Ka’ab.
Kemudian pada suatu malam kami datang lagi ke masjid, lalu kami melihat orang shalat berkaum-kaum di belakang seorang Imam. Sayyidina Umar berkata: “Ini adalah bid’ah yang baik”. (Shahih Bukhari I hal, 242).
Hadits ini terdapat juga dalam kitab “al-Muwatha” karya Imam Malik, Juz I hal, 136-137.
Ternyata dari riwayat ini bahawa shalat tarawih berjama’ah terus menerus dalam bulan Ramadhan adalah pekerjaan bid’ah karena tidak dikenal pada zaman Nabi. Tetapi bid’ahnya menurut sayyidina Umar, adalah bid’ah baik, (bid’ah hasanah). Berdasarkan tiga hadits tersebut diatas muncullah pendapat Imam Syafi’i bahwa bid’ah itu terbagi dua, satu bid’ah dhalalah dan satu lagi bid’ah hasanah.
Ketiga, Imam Suyuthi seorang ulama besar dalam madzhab Syafi’i, pengarang kitab “Tanwirul halik” syarah “al-Muwatha” imam Malik, Syarah Sunan Nasai dan pengarang seperdua dari tafsir Jalalain, berkata:
“Maksud yang asal dari perbuatan bid’ah ialah sesuatu yang baru diadakan tanpa contoh terlebih dahulu. Dalam istilah syari’at, bid’ah adalah lawan dari sunnah, yaitu sesuatu yang belum ada pada zaman Nabi Muhammad Saw. Kemudian hokum bid’ah terbagi pada hokum yang lima”. (Tanwirul Halik. Juz I hal, 137).
Imam Jalaludin Suyuthi ini berpendapat bahwa hokum bid’ah itu tunduk pada kepada hokum fiqih yang lima, yaitu: Wajib, Sunnah, Haram, Makruh dan Jaiz. Jadi kalau begitu maka ada:
a.Bid’ah yang wajib.
b.Bid’ah yang sunnah
c.Bid’ah yang haram
d.Bid’ah yang makruh
e.Bid’ah yang boleh (Jaiz).
Pembagian itu perlu ada karena setiap sesuatu tunduk pada hokum fiqih yang lima, dan kalau dalam mu’amalah ditambah dua lagi dengan shah dan bathal.
Pendapat membagi bid’ah kepada hokum yang lima diperkuat oleh Ibnu Hajar al Asqolani seorang ulama besar dalam madzhan Syafi’i, pengarang kitab “Fathul Bari’” syarah Bukhari. Beliau berkata:
“Dan membagi sebagian ulama tetntang bid’ah ini kepada hokum yang lima. Ini terang (ya begitu)”. (Fathul Bari Juz XVII hal, 10)

Bid’ah yang terlarang hanya bid’ah keagamaan.
Bid’ah yang terlarang dalam agama hanya lah bid’ah dalam masalah keagamaan. Adapun dalam urusan keduniaan tidak ada bid’ah yang terlarang; kita boleh mengadakan dan membuat sesuatu walaupun belum ada, belum dibuat atau dikerjakan pada zaman Nabi atau zaman sahabat, asal perbuatan itu baik dan tidak bertentangan dengan hokum agama dan tidak dilarang oleh hokum agama. Contohnya membuat rumah dengan batu beton, membuat mobil dan mengendarainya, membuat dan memakai listrik, memakai sarung dan peci, semuanya itu walaupun belum dikenal pada zaman Nabi, tetapi kita di perbolehkan membuatnya karena hal ini adalah termasuk soal keduniaan dan disesuaikan dengan maslahat yang kita butuhkan.
Tetapi dalam masalah keagamaan, misalnya shalat lima waktu dijadikan enam, puasa dibuat dua bulan dalam setahun, naik haji ke bagdad misalnaya, maka semua itu bid’ah karena dilarang keras oleh syari’at Islam.
Banyak kita jumpai hadits-hadits seperti dibawah ini:
Pertama, Rasulullah Saw, bersabda:
“Barangsiapa yang membuat-buat sesuatu dalam urusan kami ini, maka sesuatu itu ditolak. (HR. Muslim, Syarah Muslim, Juz XII- hal, 16)
Dalam hadits ini dikatakan:
a.Barangsiapa yang mengada-adakan.
b.Barangsiapa yang mengada-adakan “dalam urusan kami”
c.Yang diada-adakan itu di tolak, tidak diterima.
Arti kata-kata “dalam urusan kami” ialah urusan keagamaan, karena Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk menyampaikan agama. Maka arti dan pengertian hadits ini adalah: “Barangsiapa yang mengada-adakan urusan agama maka agama yang diada-adakannya ditolak”. Mafhum dari hadits ini dapat diambil bahwa kalau dalam urusan keduniaan boleh saja diada-adakan asal tidak bertentangan dengan hokum agama yang sudah ada.
Kedua, Rasulullah Saw, bersabda:
“ Dari Ummil Mukmini Siti ‘Aisyah ra, beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: barangsiapa yang mengerjakan amal yang tidak kami perintahkan, maka amalnya itu ditolak. (HR. Muslim, Syarah Muslim, Juz XII- hal, 16)
Ketiga, Rasulullah Saw, bersabda:
“ Kamu yang lebih tahu (dari saya) tentang urusan dunia mu”. (HR, Muslim, Syarah Muslim, Juz XV- hal, 118)
Memang dalam urusan keduniaan, misalnya soal rumah yang baik, irigasi yang baik, soal sawah yang baik, waktu panen dan lain sebagainya, semuanya terserah dan diserahkan oleh Nabi kepada kita, kepada kebijaksanaan kita dan yang cocok menurut kita.
Akan tetapi dalam soal keagamaan maka kita wajib menurut perintah beliau, tidak boleh membuat atau mengada-adakan sesuatu yang tidak diperbuat dan disuruh oleh beliau secara langsung atau tidak langsung.
Barangsiapa yang mengada-adakan agama, maka ia adalah “ahli bid’ah” dan “agama” yang “diada-adakannya” adalah bid’ah. Dari hadits diatas ternyata bahwa bid’ah yang terlarang adalah dalam urusan agama, karena agama adalah kepunyaan Tuhan, tidak seorang pun yang berhak mengada-adakannya.
Adapun soal keduniaan, memang sebagian besar yang kita kerjakan sekarang ini belum ada pada zaman Rasulullah Saw dan bahkan belum dikenal. Walaupun begitu kita tidak terlarang mengerjakannya asal yang baik kita dan tidak ada larangan dari Alloh dan Rasul-Nya. Hal ini perlu ditegaskan supaya kita jangan menghalangi kemajuan dunia kita, kemajuan masyarakat kita dalam segala bidang. Hendaknya setiap Muslim berkreasi, berinovasi dan melahirkan pendapat-pendapat baru dalam soal keduniaan.
Allah Swt berfirman:
“Tuhan yang menjadikan untukmu seluruh yang ada diatas bumi ini”.
(al-Baqarah: 29)
Maka seluruh yang ada didunia ini dijadikan untuk kebahagian manusia. Oleh karena itu semuanya halal, kecuali kalau ada larangan dari Tuhan.

Tajuddin, UIN Jogja
Lihat, Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama, Jilid 3, Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1981

masalah hadits dhaif

Hadits Dha’if (lemah)
Hadits Dha’if adalah hadits yang lemah hokum sanad periwayatannya atau pada hukum matannya, mengenai beramal dengan hadits dha’if merupakan hal yang diperbolehkan oleh para ulama Muhadditsin. Di zaman sekarang ada orang yang membid’ahkan amal ibadah yang berdalil hadits dha’if. Pendapat semacam ini keliru kalau tidak dikatakan salah besar. Hadits dha’if bukanlah hadits yang Maudhu’ (hadits palsu), tetapi hanya hadits yang lemah sanadnya, bukan hadits yang tidak benar, bukan hadits bohong karena asalnya dari Nabi juga.
Hadits yang dikatakan dha’if atau lemah ini ialah hadits yang derajatnya kurang sedikit dari hadits shahih atau hadits hasan. Hal ini dapat di ibaratkan seperti sebuah hadits dari Nabi, kemudian turun kepada mansur, turun lagi kepada zaid, turun lagi kepada khalid, dan akhirnya turun kepada Ibnu Majah atau Abu Daud. Ibnu Majah atau Abu Daud membukukan hadits itu dalam kitabnya. Kalau tiga orang tersebut, yaitu Mansur, Zaid, dan Khalid terdiri dari orang baik-baik, dalam arti baik perangainya, shalih orangnya, hafalannya kuat, maka haditsnya itu dinamakan hadits shahih. Sebaliknya kalau ketiganya atau salah seorang dari padanya terkenal dengan akhlaknya yang kurang baik, umpamanya pernah makan di jalanan, pernah buang air kecil sambil berdiri, lemah ingatannya atau pelupa, maka haditsnya dinamakan hadits dha’if (lemah).
Pada hakikatnya hadits dha’if adalah dari Nabi juga, tetapi “sanadnya” kurang baik. Bukan haditsnya yang kurang baik. Ada lagi yang menyebabkan hadits itu menjadi dha’if, yaitu hilangnya salah seorang dari rawinya. Umpamanya seorang Thabi’in yang tidak berjumpa dengan Nabi mengatakan: berkata Rasulullah, padahal ia tidak berjumpa dengan Nabi. Hadits seperti itu dinamakan hadits Mursal, yaitu hadits yang dilompatkan ke atas tanpa melalui jalan yang wajar. Hadits seperti itu ialah dha’if juga. Dan banyak lagi yang menyebabkan dan membuat sesuatu hadits menjadi dha’if atau lemah.
Tentang pemakaian hadits dha’if untuk dijadikan dalil, terdapat perbedaan pendapat di antara Imam-imam Mujtahid, yaitu:
a.Dalam madzhab Syafi’i hadits dha’if tidak dipakai untuk dalil hokum yang menyangkut halal haram, tetapi dipakai untuk dalil bagi “fadhailul ‘amal” atau keutamaan amal. Fadhailul ‘amal maksudnya ialah amal ibadah yang sunah-sunah, yang tidak bersangkut dengan orang lain, seperti dzikir, doa, tasbih, wirid dan lain-lain. Hadits Mursal juga tidak dipakai bagi penegak hukum dalam madzhab Syafi’i karena hadits Mursal termasuk hadits dha’if. Tetapi dikecualikan mursal-nya seorang Thabi’in yang bernama Said ibnu Musayyab.
b.Dalam madzhab Hambali lebih longgar. Hadits dha’if bukan saja dipakai dalam Fadhailul ‘amal, tetapi juga bagi penegak hokum, dengan syarat dha’if nya itu tidak keterlaluan.
c.Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad memakai hadits yang dha’if karena Mursal, baik untuk Fadhilul ‘amal maupun bagi penegak hukum.
Nah, disini namapaklah bahwa Imam-imam Mujtahid memakai Hadits-hadits yang dha’if itu untuk dalil karena Hadits itu bukanlah Hadits yang dibuat-buat, tetapi hanya lemah saja sifatnya. Karena itu tidaklah tepat kalau amal-amal ibadah yang berdasarkan kepada hadits dha’if dikatakan bid’ah, apalagi kalau dikatakan bid’ah dhalalah (bid’ah sesat).

Tajudin, UIN Jogja
Untuk lebih jelasnya lihat:
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama jilid III, Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1981.

Sabtu, 19 Juni 2010

ratib al haddad

Ratib Al Haddad
Karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad

Bacalah Al-Fatihah:.
“Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbir sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.Yang Menguasai hari Pembalasan (hari Akhirat). Hanya Engkaulah (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat”.
(QS. Al-Fatihah: 1-7).
* Diriwayatkan oleh Abu Sa’id ibn al-Mu’lla r.a.: “Sukakah kamu jika aku ajarkan sebuah Surah yang belum pernah diturun dahulunya, baik dalam Injil mahupun Zabur dan Taurat? Ia adalah Al-Fatihah.
Surah 15 Al-Hijr : Ayat 87: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu (wahai Muhammad) tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dan seluruh Al-Quran yang amat besar kemuliaan dan faedahnya.”
Baca ayat kursi:
“Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya. Yang tidak mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya melainkan dengan izin-Nya. Yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada dibelakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki. Luasnya Kursi Allah meliputi langit dan bumi; dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga serta memelihara keduanya. Dan Dialah Yang Maha Tinggi, lagi Maha Besar”. (QS. al-Baqarah: 255)

* Ayat Kursi ini mengandungi khasiat yang besar. Terdapat 99 buah hadits yang menerangkan fadhilahnya. Di antaranya ialah untuk menolak syaitan, benteng pertahanan, melapangkan fikiran dan menambahkan iman.
Kemudian membaca:
“Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat- malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Katakan): “Kami tidak membezakan antara seorang rasul dengan rasul-rasul yang lain". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”. (QS. Al Baqarah : 285)
* Diriwayatkan daripada Abu Mas'ud al-Badri r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, memadai kepada seseorang yang membacanya pada malam hari sebagai pelindung dirinya.
Kemudian membaca:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala atas kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa atas kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu dari pada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh karena itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir. (QS. al-Baqarah: 286)
* Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah ibn Abbas r.a.: Apabila Jibril sedang duduk dengan Rasulullah s.a.w., dia mendengar bunyi pintu di atasnya. Dia mengangkat kepalanya lalu berkata: “Ini ialah bunyi sebuah pintu di syurga yang tidak pernah dibuka.” Lalu satu malaikat pun turun, dan Jibril berkata lagi, “Ia malaikat yang tidak pernah turun ke bumi” Malaikat itu memberi salam lalu berkata, “Bersyukurlah atas dua cahaya yang diberi kepadamu yang tidak pernah diberi kepada rasul-rasul sebelummu-“Fatihat al-Kitab dan ayat penghabisan Surah al-Baqarah”. Kamu akan mendapat manfaat setiap kali kamu membacanya.
Kemudian membaca:
1. “Laa ilaaha illallaah wachdahu laa syariikalah, lahulmulku wa lahul chamdu yuchyii wa yumiitu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir”. 3x
Artinya:
Tiada Tuhan Melainkan Allah, Yang satu dan tiada sekutu bagi- Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan, dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan Dia sangat berkuasa atas segala sesuatu (3X)
* Dari Bukhari, Muslim dan Malik, diriwayatkan daripada Abu Hurairah; Rasulullah s.a.w berkata, “Sesiapa membaca ayat ini seratus kali sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba, Seratus kebajikan dituliskan untuknya dan seratus keburukan dibuang darinya, dan menjadi benteng dari gangguan syaitan sepanjang hari.”

2. “Subchaanallaah wal chamdulillah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar”. 3x
Artinya:
Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Tuhan Yang Maha Besar. (3X)
* Dari Muslim, diriwayatkan oleh Samurah ibn Jundah: Rasulullah s.a.w bersabda: Zikir-zikir yang paling dekat di sisi Allah adalah empat, iaitu tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, tidak berbeza yang mana aturannya apabila engkau berzikirullah

3. “Subchaanallaah Wa bichamdihii, Subchanallaahil ‘adziim”. 3x
Artinya:
Maha suci Allah segala puji khusus bagi-Nya, Maha suci Allah Yang Maha Agung. (3X)
* Dari Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a.: Rasulullah s.a.w. bersabda: Dua zikir yang mudah di atas lidah tetapi berat pahalanya dan disukai oleh Allah ialah: 'SubhanAllah al-Azim dan 'SubhanAllah wa bihamdihi.'”


4. “Rabbanaaghfirlanaa wa tub’alainaa, Innaka antattawwaaburrachiim”. 3x
Artinya:
Ya Allah ampunlah dosaku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun Lagi Maha Penyayang. (3X)
* Surah 4: An-Nisa’; Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon ampun kepada Allah; kerana sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
Sila rujuk juga Surah 11: Hud; Ayat 90

5. “Allaahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad, Allaahumma shalli ‘alaihi wa Sallim”. 3x
Artinya:
Ya Allah, curahkan shalawat ke atas Penghulu kita Muhammad Saw, Ya Allah, curahkan shalawat ke atasnya dan kesejahteraan-Mu.(3X)
* Surah 33; Al-Ahzab, Ayat 56: Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat ke atas Nabi; wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan yang sepenuhnya.
* Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa berselawat kepadaku sekali, Allah akan berselawat kepadanya sepuluh kali.

6. “A’uudzu bi kalimaatillaahittaammaati min syarri maa khalaq”. 3x
Artinya:
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya. (3X)
* Dari Abu Dawud dan Tirmidhi, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang membaca doa ini tiga kali, tiada apa-apa malapetaka akan terjatuh ataَsnya.

7. “Bismillaahilladzii laa yadhurru ma’aasmihii syai’un fil ardhi wa laa fiissamaa-I wa huwassamii’ul ‘aliim”. 3x
Artinya:
Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tiada suatu pun, baik di bumi mahupun di langit dapat memberi bencana, dan Dia Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. (3X)
* Dari Ibn Hibban; Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Hamba-hamba Allah yang membaca doa ini pada waktu pagi dan petang tiga kali, tiada apa jua kesakitan akan dialaminya.”

8. “Radhiinaa billaahi Rabbaan wa bil Islaami diinaan wa bi Muhammaddin Nabiyya”. 3x
Artinya:
Kami redha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai Agama kami dan Muhammad sebagai Nabi kami. (3X)
* Surah 3: Ali-Imran Ayat 19: Sesungguhnya agama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam.
* Dari Abu Daud dan Tirmidzi; Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Barangsiapa membaca kalimat ini di pagi dan petang hari akan masuk ke syurga.”

9. “Bismillaahi wal chamdulillaahi, wal khairu wassarru bi masyii-atillaah”. 3x
Artinya:
Dengan Nama Allah, segala pujian bagi-Nya, dan segala kebaikan dan kejahatan adalah kehendak Allah. (3X)
* Diriwayatkah oleh Abu Hurairah: Rasulullah s.a.w. bersabda: Wahai Abu Hurairah, bila kamu keluar negeri untuk berniaga, bacakan ayat ini supaya ia membawa kamu ke jalan yang benar. Dan setiap perbuatan mesti bermula dengan ‘Bismillah’ dan penutupnya ialah “Alhamdulillah”.

10. “Aamannaa Billaahi wal Yaumil akhiri Tubnaa ilaallaahi Baathinan wa Dzaahir”. 3x
Artinya:
Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan kami bertaubat kepada Allah bathin dan dzahir. (3X)
* Surah at-Tahrim Ayat 8: Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan “Taubat Nasuha”.
* Diriwayatkan oleh Ibn Majah: Rasulullah bersabda: Orang yang bertaubat itu adalah kekasih Allah. Dan orang yang bertaubat itu ialah seumpama orang yang tiada brdosa.”

11. “Yaa Rabbanaa wa’fu ‘anna wamchulladzii kaana minnaa”. 3x
Artinya:
Ya Tuhan kami, maafkan kami dan hapuskanlah apa-apa (dosa) yang ada pada kami.(3X)
* Dari Tirmidhi dan Ibn Majah: Rasulullah s.a.w. berada di atas mimbar dan menangis lalu beliau bersabda: Mintalah kemaafan dan kesihatan dari pada Allah, sebab setelah kita yakin, tiada apa lagi yang lebih baik daripada kesehatan.
* Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon keampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”

12. “Yaa Dzaal Jalaali wal Ikraami Amitnaa ‘Alaa Diinil Islaam”. 3x
Artinya:
Wahai Tuhan yang mempunyai sifat Keagungan dan sifat Pemurah, matikanlah kami dalam agama Islam. (7X)
* Silahkan rujuk ke no. 8. Moga-moga kita dimatikan dalam keadaan Islam.
Dan dari Tirmidhi, Rasulullah s.a.w. menyatakan di dalam sebuah hadits disebutkan bahawasanya barangsiapa yang berdoa dengan nama-nama Allah (asma’ul husna) dan penuh keyakinan, doa itu pasti dikabulkan Allah.

13. “Yaa Qawiyyu yaa Matiinu Ikfinaa Syarradzaalimiin”. 3x
Artinya:
Wahai Tuhan yang Maha Kuat lagi Maha Gagah, hindarkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang dzalim. (3X)
* Seperti di atas (12); Dalam al-Qur’an Alloh berfirman:
“Alloh mempunyai Asma-asma yang indah, maka hendaklah kalian mohon kepada-Nya dengan menyebut asma-Nya itu.(QS. Al-A’raf: 180). Yaa Qawiyyu Yaa Matiinu keduanya termasuk asma Alloh yang Agung, dengan asma Alloh di atas kita minta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan orang-orang dzalim.

14. “Ashlachallaahu umuural Muslimiin sharafallaahu Syarral mu’dziin”. 3x
Artinya:
Semoga Allah memperbaiki urusan kaum muslimin dan menghindarkan mereka dari kejahatan orang-orang yang suka menggangu.(3X)
* Diriwayatkan oleh Abu Darda’ bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang mukmin pun yang berdoa untuk kaumnya yang tidak bersamanya, melainkan akan didoakan oleh Malaikat, “Sama juga untukmu”.

15. “Yaa ‘Aliyyu yaa Kabiir, yaa ‘Aliimu yaa Qadiir, yaa Samii’u yaa Bashiir, yaa Lathiifu yaa Khabiir”. 3x
Artinya:
Wahai Tuhan Yang Maha Mulia, lagi Maha Besar, Yang Maha Mengetahui lagi Sentiasa Sanggup, Yang Maha Mendengar lagi Melihat.Yang Maha Lemah-Lembut lagi Maha Mengetahui. (3X)
*Surah 17: Al Israil: Ayat 110: “Katakanlah (wahai Muhammad): "Serulah nama “Allah” atau “Ar-Rahman”, yang mana saja kamu serukan; kerana Allah mempunyai banyak nama yang baik serta mulia.Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah sahaja satu cara yang sederhana antara itu."

16. “Yaa Faarijal hammi, yaa kaasyifal ghammi, yaa man li’abdihii yaghfir wa yarham”. 3x
Artinya:
Wahai Tuhan yang melegakan dari dukacita, lagi melapangkan dada dari rasa sempit. Wahai Tuhan yang mengampuni dan menyayangi hamba-hamba-Nya.(3X)
* Dari Abu Dawud, diriwayatkan daripada Anas ibn Malik: “Ketika saya bersama Rasulullah s.a.w., ada seseorang berdoa, “Ya Allah saya meminta kerana segala pujian ialah untuk-Mu dan tiada Tuhan melainkan-Mu, Kamulah yang Pemberi Rahmat dan yang Pengampun, Permulaan Dunia dan Akhirat, Maharaja Teragung, Yang Hidup dan Yang Tersendiri”.

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Dia berdoa kepada Allah menggunakan sebaik-baik nama- nama-Nya, Allah akan mengabulkannya kerana apabila diminta dengan nama-nama-Nya Allah akan memberi.

17. “Astaghfirullaah Rabbal baraayaa, Astaghfirullaah minal khathaayaa”. 4x
Artinya:
Aku memohon keampunan Allah Tuhan Pencipta sekalian makhluk, aku memohon keampunan Allah dari sekalian kesalahan. (4X)
* Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon keampunan dari pada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”
* Surah 11: Hud: Ayat 90: “Dan mintalah keampunan Tuhanmu, kemudian kembalilah taat kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih”

18. “Laa ilaaha illaallaah”. 50x
Artinya: Tiada Tuhan Melainkan Allah (50X)
* Komentar tentang kalimah tauhid sangat panjang. Kalimah “La ilaha illallah” ini adalah kunci syurga. Diriwayatkan oleh Abu Dzar bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah tidak membenarkan seseorang masuk ke neraka jikalau dia mengucapkan kalimah tauhid ini berulang-ulang kali.”
Di lanjutkan dengan membaca:
19. “Muhammadur Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam, wa syarrafa wa karrama wa majjada wa ‘adzhama wa radhiyallaahu ta’ala ‘an ahli baitihi wa shahbihi, wa thabi’iina lahum bi ichsaani ilaa yaumiddiin, bi rahmatika yaa arhama rahimiin”.
Artinya: Muhammad Rasulullah, semoga Allah Mencurahkan Shalawat dan Kesejahteraan keatasnya dan keluarganya. Moga-moga dipermuliakan, diperbesarkan, dan diperjunjungkan kebesarannya. Serta Allah Ta'ala meredhai akan sekalian keluarga dan sahabat Rasulullah, sekalian tabi'in dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan dari hari ini sehingga Hari Kiamat, dan semoga kita bersama mereka dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih daripada yang mengasihani.

20. Baca surat al-Ikhlas 3x
Artinya:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah
(wahai Muhammad): “Dialah Allah Yang Maha Esa; Allah Yang menjadi tumpuan segala permohonan; Ia tidak beranak, dan Ia pula tidak diperanakkan; Dan tidak ada sesiapapun yang sebanding dengan-Nya.(Surah Al-Ikhlas: 1-4)
* Dari Imam Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-khudri; seseorang mendengar bacaan surah al-Ikhlas berulang-ulang di masjid. Pada keesokan paginya dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan sampaikan perkara itu kepadanya sebab dia menyangka bacaan itu tidak cukup dan lengkap. Rasulullah s.a.w berkata, “Demi tangan yang memegang nyawaku, surah itu seperti sepertiga al Quran!”
* Dari Al-Muwatta', diriwayatkan oleh Abu Hurairah; Saya sedang berjalan dengan Rasulullah s.a.w, lalu baginda mendengar seseorang membaca surah al-Ikhlas. Baginda berkata, “Wajiblah.” Saya bertanya kepadanya, “Apa ya Rasulallah? ”Baginda menjawab, “Syurga” (Wajiblah syurga bagi si pembaca itu).

21. Baca surat Al-Falaq 1x
Artinya: Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah
(wahai Muhammad); “Aku berlindung dengan Tuhan yang menciptakan cahaya subuh, daripada kejahatan makhluk-makhluk yang Ia ciptakan; dan daripada kejahatan malam apabila ia gelap gelita; dan daripada (ahli-ahli sihir) yang menghembus pada simpulan- simpulan ikatan; dan daripada kejahatan orang yang dengki apabila ia melakukan kedengkiannya”. (Surah Al-Falaq: 1-5)
* Diriwayatkan daripada Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w biasanya apabila ada salah seorang anggota keluarga baginda yang sakit, baginda menyemburnya dengan membaca bacaan-bacaan. Sementara itu, ketika baginda menderita sakit yang menyebabkan baginda wafat, aku juga menyemburkan baginda dan mengusap baginda dengan tangan baginda sendiri, kerana tangan baginda tentu lebih banyak berkatnya daripada tanganku.

22. Baca surat An-Nas: 1x
Artinya: Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku berlindung dengan Tuhan sekalian manusia.Yang Menguasai sekalian manusia, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia, Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam, Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, dari kalangan jin dan manusia”.(Surah An-Nas: 1-6)
* Dari Tirmidhi diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-Khudri; Nabi Muhammad s.a.w selalu meminta perlindungan daripada kejahatan jin dan perbuatan hasad manusia. Apabila surah al-falaq dan an-nas turun, baginda ketepikan yang lain dan membaca ayat-ayat ini saja.

23. Bacalah Al-fatihah kepada roh Penghulu kita al-Faqih al-Muqaddam, Muhammad ibn Ali Ba’alawi, dan kepada asal-usul dan keturunannya, dan kepada semua penghulu kita dari keluarga bani ‘Alawi, moga-moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dengan mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya mereka di dalam agama, dunia dan akhirat.
24. Bacalah al-fatihah kepada roh-roh Penghulu kita Ahli Ahli Sufi, di mana saja roh mereka berada, di timur atau barat, moga moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dengan mereka, ilmu-ilmu mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya mereka, dan golongkan kami bersama mereka dalam keadaan baik dan afiah.
25. Bacalah fatihah kepada roh Penyusun Ratib ini, Qutbil-Irshad, Penyelamat kaum dan negaranya, Al-Habib Abdullah ibn Alawi Al-Haddad, asal-usul dan keturunannya, moga moga Allah meninggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dari mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya dan berkat mereka di dalam agama, dunia dan akhirat.
26. Bacalah Fatihah kepada hamba hamba Allah yang soleh, ibu bapa kami, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, semoga Allah mengampuni mereka dan merahmati mereka dan memberi kita manfaat dengan rahsia rahasia. Mudah-mudahan Alloh mengabulkan permohonan kita dan permohonan kalian, serta melimpahkan kepada kita dan kalian keberuntungan khusnul khatimah pada saat datangnya ajal, dalam keadaan baik dan selamat.
Al-fatihah kita haturkan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

27. Berdoalah disini apa yang di hajati. :

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, hamdaan yuwaafii ni’amahuu wa yukafii maziidah.
Allaahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘alaa ahli baitihii wa sallim. Allaahumma innii as-aluka bi haqqil fatihatil mu’adhzamati wa sab’il matsanii an taftacha lanaa bi kulli khair wa an tatafadhdhola ‘alainaa bi kulli khair, wa an taj’alanaa min ahlil khair wa an tu’aamilanaa mu’aamalataka li ahlil khair wan tachfadzonaa fii adyaninaa wa anfusinaa wa aulaadinaa wa ahlinaa wa ash-haabinaa wa achbaabinaa min kulli michnatin wa fitnatin wa bu’sin wa dhoiir innaka waliyyu kulli khaiir wa mutafadhdhilu bi kulli khaiir wa mu’thin li kulli khaiir yaa archamarraachimiin, wa shollalloohu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shochbihi wa sallam.
Artinya:
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam, segala puji pujian bagi-Nya atas penambahan nikmat-Nya kepada kami, moga moga Allah mencurahkan shalawat dan kesehahteraan ke atas Penghulu kami Muhammad, ahli keluarga dan sahabat-sahabat baginda. Wahai Tuhan, kami memohon dengan haq (benarnya) surah fatihah yang Agung, yaitu tujuh ayat yang selalu di ulang-ulang, bukakan untuk kami segala perkara kebaikan dan kurniakanlah kepada kami segala kebaikan, jadikanlah kami dari golongan insan yang baik; dan peliharakanlah kami, Ya Tuhan kami. Sebagaimana Kamu memelihara hamba-hamba-Mu yang baik, lindungilah agama kami, diri kami, anak anak kami, sahabat-sahabat kami, serta semua yang kami sayangi dari segala kesengsaraan, kesedihan, dan kemudharatan. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pelindung dari seluruh kebaikan dan Engkaulah yang mengurniakan seluruh kebaikan dan memberi kepada sesiapa saja kebaikan dan Engkaulah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin Ya Rabbal Alamin.

28. “Allaahumma Inna Nas-aluka ridhaaka wal Jannaata wa Na’uudzuubika min Sakhatika wa Naar”. 3x
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keredhaan dan syurga-Mu; dan kami memohon perlindungan-Mu dari kemarahan-Mu dan api neraka. (3X)
* Dari Tirmidhi dan Nasa’i, diriwayatkan daripada Anas ibn Malik: Rasulullah s.a.w. bersabda; “Jikalau sesiapa memohon kepada Allah untuk syurga tiga kali, Syurga akan berkata, “Ya Allah bawalah dia ke dalam syurga;” dan jikalau ia memohon perlindungan dari api neraka tiga kali, lalu neraka pun akan berkata, “Ya Allah berilah dia perlindungan dari neraka.”
Bacalah ratib haddad ini setiap malam atau selepas shalat maghrib, salah satu faedahnya adalah barangsiapa yang dengan istiqomah membacanya, insya Alloh ia akan beroleh khusnul khatimah.

Diketik oleh: Tajudin an-Nadwi elbarosi
“Syarh Ratib Al-Haddad” – komentari, pembicaraan dan hujah Ratib Al-Haddad yang teliti bagi setiap ayat di dalam Ratib Haddad tulisan Al-Habib Alawi bin Ahmad bin Hassan bin Abdullah Al-Haddad, (cucu shohibur ratib) dalam bahasa Arab yang dicetak oleh Al-Habib Ali bin Essa bin Abdulkader Al-Haddad di Singapura.
H. M. H. Al-Hamid al-Husaini. 2009. Mutiara Dzikir dan Doa, terj. Syarah Ratib al-Haddad. Bandung: Pustaka Hidayah.

Senin, 14 Juni 2010

Pintu-pintu Pahala dan Penghapus Dosa

المنجد في أبواب الخير
Pintu-Pintu Pahala
Dan
Penghapus Dosa

Karangan
Abdur Rohman Al-Jami’


Terjemah&Editor
Abdulloh Haidir,Lc
Muh.Mu’inudinillah,MA





KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Besar karunia-Nya, shalawat serta salam kepada makhluk-Nya yang paling Mulia, pemimpin kita, Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya dan sahabatnya.
Al-Hafiz Ibnu Rajab -semoga Allah merahmatinya- dalam pembukaan kitab-nya: “At-Takhwif minannar“ (Menumbuhkan rasa takut terhadap api neraka) menyatakan tentang sebab dia mengarang kitab tersebut : “Supaya -atas kehendak Allah- menjadi peghalang bagi jiwa dari kesesatan dan kerusakan, serta menjadi pendorong baginya untuk segera menggapai kesuksesan dan petunjuk. Sesungguhnya jiwa-jiwa manusia terutama pada zaman sekarang ini telah diliputi perasaan malas dan santai serta menuruti hawa nafsunya dan dibuai angan-angan kepada Allah. Dan hawa nafsu itu tidak akan meninggalkan hati kecuali dengan dua cara : Rasa takut (kepada Allah) dan rindu (kepada-Nya)“ )
Dari bab inilah -bab tentang kerinduan kepada-Nya- kami susun untuk anda akhi muslim tercinta sebuah kitab kecil yang mengandung hadits-hadits pilihan dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam. Hadits-hadits yang shahih ini menunjukkan pintu-pintu pahala dan amal shaleh beserta keutamaannya, agar anda dapat bangkit dari kelalaian dan mengusir debu kemalasan serta sikap santai, langkah semakin terdorong untuk mencari ridho Allah, sehingga anda akan mendapatkan cinta-Nya dan masuk ke dalam syurga-Nya.
Hadits-hadits tersebut juga memuat tentang penghapus-penghapus (kaffarat) kesalahan yang dengannya Allah ta’ala menghapuskan dosa-dosa, agar diketahui bahwa Allah ta’ala Maha Belas Kasih, suka memberikan ampunan bagi dosa-dosa hamba-Nya yang lalai, pintu-pintu rahmat-Nya dan ampunan-Nya selalu terbuka untuk mereka, diberikannya seribu satu jalan untuk mereka dan dimudahkan jalan untuk bertaubat supaya mereka bersedia untuk kembali (kepada jalan Allah).
Maka marilah akhi muslim -semoga Allah memberikan taufiq kepada anda- kita mencari ilmu dan beramal shaleh, moga-moga anda termasuk orang-orang yang mendapatkan naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya ditempat dimana terdapat orang yang kita cintai Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya.
Sebelum saya memulai, ingin saya sampaikan terlebih dahulu bahwa hadits-hadits yang saya kutip dikumpulkan dari beberapa kitab, yaitu : Shahih Bukhori, Shahih Muslim, ditambah dengan Shahih Ibnu Majah, Turmuzi, Nasa’i, Abu Daud, At-Targhib wa At-Tarhib dan Shahih Jami’ Ash-Shagir yang telah dikoreksi oleh Syaikh Al Albani -semoga Allah merahmatinya-, saya juga mengambil dari kitab “Amal Shaleh” yang disusun oleh Abdul Wahhab Al Utsman, begitu juga dari kitab “Fadhailul A’mal”-nya Dhia Al-Maqdisi yang dikoreksi oleh Ghassan Harmaas, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan. Bukan maksud saya untuk mentakhrij hadist-hadits tersebut, akan tetapi yang ingin saya katakan adalah bahwa-bahwa hadits-hadits berikut adalah shahih -insya Allah-. Saya mohon kepada Allah Yang Maha Mulia pemilik Arsy yang agung agar mengampuni anda dan bagi siapa saja yang berperan dalam pekerjaan ini, dan akhir doa kami adalah : Segala puji hanya bagi Allah Rabb sekalian alam .

Ditulis oleh :
Abdurrahman Al Jaami’
Awal Ramadhan 1411 H

Tulisan ini di edit ulang oleh al-Faqir Tajuddin an Nadwi el barosi, Alumni Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat



1. TAUBAT

قال الله تعالى : وَتُوْبُوْا إِلىَ اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ [النور : 31]
“ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (An Nur : 31)

1) إِنَّ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ الَّليْلِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا [رواه مسلم]

Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam hingga terbitnya matahari dari tempat terbenamnya ) “ (Muslim)
2) قال الله تعالى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَــوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَـرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَـيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [صحيح الترمذي]

“ Allah ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu apapun yang ada pada dirimu. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu menjulang ke langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau menda-tangi-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku sedikitpun maka aku akan memberimu ampunan sepenuh bumi “ (Shahih Turmudzi)

3) التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ [صحيح ابن ماجه]

“ Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang yang tidak punya dosa sama sekali “
shahih Ibnu Majah)




4) لَوْ أَخْطَأْتـُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ عَنَانَ السَّمَاءِ، ثُمَّ تُبْتُمْ، لَتَابَ عَلَيْكُمْ [صحيح ابن ماجة]


“ Seandainya kalian melakukan kesalahan-kesalahan sepenuh langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan diterima ” (Shahih Ibnu Majah)

2. MENUNTUT ILMU


قال الله تعالى : يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُواْ مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَـتٍ [المجادلة :11]

“ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ (Al Mujadalah 11)

5) مَا خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْتِهِ يَطْلُبُ عِلْمًا إِلاَّ سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ [صحيح الجامع]

Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya akan Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga
(Shahih Al-Jami)

6) مَنْ غَدَا إِلىَ الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامًّا حَجَّـتُهُ
[صحيح الترغيب والترهيب]

Siapa di pagi hari berangkat ke masjid hanya untuk mempelajari kebaikan atau megajarkan kebaikan, maka baginya bagaikan pahala orang yang melakukan haji dengan sempurna (Shahih Targhib dan Tarhib)

7) مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ عِلْمٍ، فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ [صحيح الترمذي]
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah hingga kembali (Shahih Turmuzi)

8) مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
[صحيح ابن ماجه]

Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah akan memberikannya pema-haman terhadap agama (Shahih Ibnu Majah)





3. HALAQAH ZIKIR DAN MENGAJI

9) مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ : قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ [صحيح الجامع]

Suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah ta’ala lalu mereka berdiri, niscaya akan dikatakan kepada mereka : Berdirilah kalian sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian, dan kesalahan-kesalahan kalian telah diganti-kan dengan kebaikan (Shahih Al-Jami)

10) مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ، إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ [صحيح الجامع]

Suatu kaum yang berzikir kepada Allah niscaya malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat dicurahkan kepada mereka dan diturunkan kepada mereka sakinah dan Allah sebut-sebut mereka terhadap makhluk yang ada disisi-Nya (Shahih Al Jami)

4. ZIKIR

قال الله تعالى : فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ [البقرة : 152]
“ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu “
(Al Baqarah 152)
11) يقول الله عز وجل : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكُرُنِيْ، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلإٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَمَنْ أَتَانِيْ يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً [مسلم]

Sesungguhnya Aku berdasarkan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya saat dia mengingat-Ku, jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Akupun akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku di hadapan orang-orang maka Aku-pun akan mengingatnya dihadapan makhluk-makhluk yang lebih baik dari mereka, jika mereka mendekatiku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta dan jika dia mendekati-Ku sehasta maka Aku mendekatinya sedepa dan siapa yang mendatangiku dengan berjalan maka aku mendatanginya dengan berlari. (Muslim)

5. BERBUAT DAN MENGAJAK KEBAIKAN

12) كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ، وَالدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ [صحيح الجامع]

“ Setiap kebaikan adalah shadaqah, dan orang yang menunjukkan kepada kebaikan bagaikan orang yang melakukannya “
(Shahih Al Jami’)

13) عَلَيْكُمْ بِاصْطِنَاعِ المَعْرُوْفِ، فَإِنَّهُ يَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ [صحيح الجامع]

“ Hendaklah kalian mengusahakan kebaikan, karena hal tersebut dapat melindungi dari mati secara buruk “
(Shahih Jami’)


6. KEUTAMAAN BERDAKWAH
DI JALAN ALLAH

قال الله تعالى : وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالحِاً وَقَالَ إِنَّنِيْ مِنَ المُسْلِمِيْنَ [فصلت : 33]
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri “ (Fushshilat 33)

14) وَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمُرُ النَّعَمِ [مسلم]
“ Demi Allah, seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang atas perantara kamu maka (ganjarannya) lebih baik bagi kalian daripada kalian mendapatkan seekor onta merah )“(Muslim)

15) مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلَ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئاً [مسلم]

“ Siapa yang mengajak kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan siapa yang mengajak kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun “(Muslim

7. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

قال الله تعالى : وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلىَ الخْيَرِْ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ [آل عمران : 104]
“ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung “ (Ali Imran 104)

16) إِنْ مِنْ أُمَّتِيْ قَوْمًا يُعْطُوْنَ مِثْلَ أُجُوْرِ أَوَّلِهِمْ، يُنْكِرُوْنَ الْمُنْكَرَ [السلسلة الصحيحة]
“ Sesungguhnya ada dari ummatku yang diberikan pahala seperti pahalanya generasi pertama, (hal tersebut karena) mereka mencegah kemunkaran “(Silsilah Shahihah)




8. BELAJAR ALQURAN, MEMBACA
DAN MENGHAFALNYA

17) خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَـلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ [البخاري]

“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang be-lajar Al Quran dan yang mengajarkannya “ (Bukhori)


18) الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ [متفق عليه]
“ Orang yang membaca Al Quran dan dia pandai membacanya maka (nanti di akhirat akan dikumpulkan) bersama para malaikat yang mulia, sedangkan orang yang membaca Al Quran dan dia terbata-bata karenanya serta kesusahan maka baginya dua pahala “ (Muttafaq alaih)
19) مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ "آلـم" حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ [البخاري]

Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan akan dilipatkan gandakan sepuluh, saya tidak mengatakan (آلـم) satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.(Bukhari).




20) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، فَلْيَقْرَأْ فِي الْمُصْحَ [صحيح البخاري]
“ Siapa senang dirinya mencintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaklah dia membaca Mushhaf ini (Al Quran) “ (Shahih Bukhori)
21) يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآنِ: اِقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا [صحيح البخاري]

“ Dikatakan kepada orang yang suka membaca Al Quran : “Bacalah dan mendaki-lah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu ada pada akhir ayat yang engkau baca “ (Shahih Bukhori)


22) أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ، عِظَامٍ سِمَانٍ ؟ قُلْنَا : نَعَمْ : قَالَ : فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ [مسلم]

Inginkah salah seorang diantara kalian yang kembali ke keluarganya membawa tiga ekor onta yang sedang hamil dan gemuk-gemuk?, kami berkata : Ya, maka beliau bersabda : tiga ayat yang kalian baca dalam shalat kalian itu lebih baik dari tiga ekor onta hamil yang gemuk. (Muslim)
9. BELAJAR AL QURAN DI MASJID

23) مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ [مسلم]

Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah yang didalamnya mereka membaca Al Quran dan mempelajarinya diantara mereka, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dicurahkan rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat serta Allah sebut-sebut mereka pada (makhluk) yang ada disisi-Nya. (Muslim)



10. MEMBERI SALAM

24) إِنَّ مُوْجِبَاتِ المَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلاَمِ، وَحُسْنُ الْكَلاَمِ [صحيح الجامع]

Sesungguhnya yang pasti mendatangkan ampunan adalah mengucapkan salam dan pembicaraan yang baik. (Shahih Al-Jami’)


25) لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ [مسلم]
Tidak masuk syurga kecuali kalian beriman, dan tidak beriman sebelum kalian saling mencintai, maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam diantara kalian.(Muslim)

11. BERJABAT TANGAN

26) أَيـُّمَا مُسْلِمَيْنِ الْتَقَيَا، فَأَخَذَا أَحَدُهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ، فَتَصَافَحَا، وَحَمِدَا اللهَ تَعَالىَ جَمِيْعًا، تَفَرَّقَا وَلَيْسَ بَيْنَهُمَا خَطِيْئَةٌ [صحيح الجامع]
Siapa saja diantara dua orang muslim yang berjumpa, kemudian salah seorang diantara keduanya mengambil tangan sahabatnya untuk berjabat tangan, dan mereka memuji Allah semuanya, (maka jika mereka) berpisah tidak ada dosa diantara mereka berdua.(Shahih Al-Jami’)

12. CINTA KARENA ALLAH

27) قال رسول الله j: قال الله تعالى : حَقَّتْ مَحَبَّتِيْ لِلْمُتَحَابِّيْنَ فِيَّ . الْمُتَحَابُّوْنَ فِيَّ عَلَى مَنَابِرٍ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهَا بِمَكَانِهِمْ النَّبِيُّونَ وَالصِّدِّيْقُوْنَ وَالشُّهَدَاءُ [صحيح الجامع]
Layak untuk mendapatkan cintaKu bagi orang yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling mencintai karena-Ku (di hari kiamat) akan ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada (Shahih Jami’)

28) إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : أَيْنَ الْمُتَحَابُّوْنَ لِجَلاَلِي، اَلْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي [مسلم]

Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada hari kiamat : Mana orang-orang yang saling mencintai karena kebesaran-Ku, hari ini Aku akan menaungi mereka pada saat tidak ada naungan selain naungan-Ku “ (Muslim)






29) مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الإِيْمَانِ، فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ [صحيح المسلم]
Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka cintailah seseorang hanya karena Allah.

13. MENGUNJUNGI SAUDARA (REKAN) KARENA ALLAH TA’ALA

30) مَنْ عَادَ مَرِيْضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ : نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً [صحيح البخاري]

Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan ada yang memanggilnya: Kebaikan buatmu dan perjalananmu, dan pesanlah tempatmu di syurga.(Shahih Bukhari)


14. MEMBANTU ORANG LAIN DAN MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA

31) مَنْ يَكُنْ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ يَكُنِ اللهُ فِي حَاجَتِهِ
[صحيح الجامع]

Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya (Shahih Al-Jami)
32) وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ [مسلم]

Allah akan selalu menolong hambanya selama hambanya selalu menolong saudaranya. (Muslim)

33) وَ لأَِنْ أَمْشِـيْ مَعَ أَخِيْ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَتِهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي الْمَسْجِدِ شَهْرًا
[السلسلة الصحيحة]

Sungguh jika saya berjalan bersama saudara saya yang muslim dalam rangka memenuhi kebutuhannya hal itu lebih saya sukai dari i’tikaf di masjid selama sebulan
(Silsilah shahihah)

34) وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَتِهِ حَتَّى يُثْبِتَهَا لَهُ، ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلَّ الأَقْدَامُ
[السلسلة الصحيحة]
Siapa yang berjalan bersama saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya hingga terpenuhi kebutuhannya, maka Allah akan memantapkan kakinya pada hari banyak kaki-kaki yang tergelincir (hari kiamat) . (Silsilah Shahih)

15. MEMBAHAGIAKAN ORANG BERIMAN

35) أَفْضَلُ الأَعْمَالِ أَنْ تُدْخِلَ عَلَى أَخِيْكَ الْمُؤْمِنِ سُرُوْرًا، أَوْ تَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تُطْعِمَهُ خُبْزًا
[صحيح الجامع]

Sebaik-baik amalan adalah mendatangkan kesenangan terhadap saudaramu yang beriman, melunaskan hutangnya dan memberinya makan dengan sekerat roti “ (Shahih Jami’)





16. HUTANG

36) مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّة [صحيح ابن ماجه]
Seorang muslim yang memberikan pinjaman kepada seorang muslim lainnya sebanyak dua kali maka itu bagaikan sedekah darinya sekali Shahih Ibnu Majah)

17. MENOLONG ORANG DALAM MASALAH UTANG

37) مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا، أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ [صحيح الجامع]
Siapa yang menunda (pembayaran utang) orang yang kesulitan atau menggugurkannya niscaya akan Allah berikan dia naungan pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya (Shahih Jami’)

38) مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ [صحيح الجامع]

Siapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang kesulitan niscaya akan Allah berikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat. (Shahih Jami’)









39) كَانَ رَجُلٌ يُدَايِنُ النَّاسَ، فَكَانَ يَقُوْلُ لِفَتَاهُ : إِذَا أَتَيْتَ مُعْسِرًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، لَعَلَّ اللهُ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا، فَلَقِىَ اللهُ فَتَجَاوَزَ عَنْهُ [متفق عليه]
Dahulu ada seseorang yang memiliki piutang kepada orang-orang, maka dia berkata kepada anaknya : “ Jika kamu mendapatkan orang yang kesulitan biarkanlah, semoga Allah akan memaafkan (kesalahan) kita, maka tatkala dia berjumpa dengan Allah, Dia (Allah) melewatkan (memaafkan)-nya. (Mutafaq Alaih)


40) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُنْجِيَهُ اللهُ مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ فَلْيُنَفِّسْ عَنْ مُعْسِرٍ، أَوْ يَضَعُ عَنْهُ [مسلم]
Siapa yang ingin ditolong Allah dari kesusahan hari kiamat maka berilah tangguh(pembayaran utang) bagi orang yang kesulitan atau gugurkanlah.(muslim)



18. MENUTUPI AIB ORANG LAIN

41) لاَ يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [مسلم]
Seorang hamba yang menutupi aib hamba lainnya di dunia niscaya Allah tutup aibnya di hari kiamat. (Muslim)

42) مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ [مسلم]

Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan menutup aibnya di dunia dan akhirat (muslim)


MEMBELA KEHORMATAN
ORANG MUSLIM

43) مَنْ رَدَّ عَنْ عَرْضِ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارُ يَوْمَ القِيَامَةِ [صحيح الجامع]
“ Siapa yang membela kehormatan saudaranya, niscaya Allah akan melindugi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat “ (Shahih Jami’)

44) مَنْ نَصَرَ أَخَاهُ بِظَهْرِ الْغَيْبِ نَصَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ [صحيح الجامع]
“ Siapa yang menolong saudaranya dari kejauhan maka Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat “. (Shahih Jami’)

MENDAMAIKAN MANUSIA

Allah swt berfirman:
لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابِتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْمًا [النساء : 114]
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar “ (An Nisa 114)

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلٍ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ ؟ قَالُوا : بَلَى، قَالَ إِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ(صحيح أبي داود)
“ Maukah engkau aku beritahukan (perbuatan) yang lebih utama derajatnya dari puasa, shalat dan shadaqah ?, mereka menjawab : Ya, beliau bersabda : Mendamaikan antara dua pihak “ (Shahih Abu Daud)

SILATURAHIM
قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَأُوْلُوا الأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فيِ كِتَابِ اللهِ (الأنفال : 75)
“ Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah “ (Al Anfal 75)

صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ، وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ تُزِيْدُ الْعُمْرِ (صحيح الترغيب)
“ Orang-orang yang berbuat kebaikan melindungi dirinya dari mati buruk, shadaqah yang disembunyikan akan meredam murkan Robb, silaturrahmi akan menambah umur “ (Shahih Targhib)

الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِيْ الرَّحِمِ اِثْنَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ (صحيح الترغيب)
“ Shadaqah terhadap orang miskin akan dinilai shadaqah, dan (shadaqah) terhadap sanak saudara dinilai dua : shadaqah dan penyambung silaturahim “ (Shahih Targhib)

لَيْسَ شَيْءٌ أُطِيْعُ اللهَ تَعَالَى فِيْهِ أَعْجَلُ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءٌ أَعْجَلُ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
(صحيح الجامع)
“ Tidak ada ketaatan kepada Allah swt yang lebih cepat mendapatkan pahalanya kecuali silaturahim (menyambung persaudaraan), dan tidak ada suatu kemunkaran yang lebih cepat mendatangkan hukuman kecuali memutus persaudaraan “ (Shahih Jami’)

AKHLAQ YANG BAIK
لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنَ الْخُلُقِ الْحَسَنِ (صحيح الجامع)
“ Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan selain akhlak yang baik “ (Shahih Jami)

إِنَّ الرَّجُـلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ قَائِمِ الَّليْلِ صَائِمِ النَّهَارِ (صحيح الجامع)
“ Sesungguhnya seseorang yang berakhlak baik akan mendapatkan derajat orang yang bangun malam (beribadah), dan puasa pada siang harinya”

إِنَّ أَقْرَبَكُـمْ مِنِّي مَنْزِلاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا فِي الدُّنْيَا (صحيح الجامع)
“ Sesungguhnya orang yang paling dekat diantara kalian kepadaku pada hari kiamat adalah mereka yang akhlaknya baik di dunia “ (Shahih Jami’)

MENYINGKIRKAN GANGGUAN DI JALAN
أَمْطِ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنَّهُ لَكَ صَدَقَةٌ (السلسلة الصحيحة)
“ Singkirkanlah segala rintangan dari jalan karena bagimu hal itu bernilai shadaqah “ (Silsilah Shahihah)

مَنْ أَخْرَجَ مِنْ طَرِيْقِ الْمُسْلِمِيْنَ شَيْئاً يُؤْذِيْهِمْ، كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهِ حَسَنَـةً، وَمَنْ كَتَبَ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً أَدْخَلَهُ الْجَنَّةِ (صحيح الجامع)
“ Siapa yang menyingkirkan bahaya apa saja dari jalannya kaum muslimin, Allah akan mencatat baginya kebaikan, dan siapa yang dicatat baginya kebaikan maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga “ (Shahih Jami’)

MENANAM TUMBUH-TUMBUHAN

مَنْ غَرَسَ غَرْساً، لَمْ يَأْكُلْ مِنْهُ آدَمِيٌّ، وَلاَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ، إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ (البخاري)
“ Siapa yang menanam tumbuh-tumbuhan, kemudian dimakan sebagiannya anak Adam atau diantara makhluk Allah, niscaya baginya (pahala) shadaqah “ (Bukhori)

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرَهُنَّ وَهُوَ فِيْ قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ (صحيح الجامع)
“ Tujuh (golongan) yang tetap mengalir bagi mereka pahalanya saat dia di kubur setelah kematiannya : Yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali (membuat) sumur, mewariskan mushaf, meninggalkan anak yang memintakan ampun untuknya setelah kematiannya “ (Shahih Jami’)

JUJUR

قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ (التوبة : 119)
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar “ (At Taubah 119)



عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ (صحيح الجامع)
“ Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran mengarahkanya kepada kebaikan, dan kebaikan mengarahkan kepada syurga “ (Shahih Jami’)

PENYAYANG

حُرِمَ عَلَى النَّارِ كُلَّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيْبٍ مِنَ النَّاسِ (السلسلة الصحيحة)
“ Diharamkan bagi neraka setiap orang yang santun, sopan dan memudahkan serta dekat dengan manusia “ (Silsilah Shahihah)

يَا عَائِشَةَ : إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِيْ عَلَى الرِّفْقِ مَالاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ، وَمَالاَ يُعْطَي عَلَى سِوَاهُ (صحيح الجامع)
“ Wahai Aisyah : Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberikan bagi sikap kelembutan apa-apa yang tidak diberikan bagi sikap kekasaran dan apa-apa yang tidak diberikan kepada sikap selainnya “ (Shahih Jami’)

مَنْ رَحِمَ وَلَوْ ذَبِيْحَةَ عُصْفُوْرٍ، رَحِمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِي (البخاري)
“ Siapa yang memiliki rasa belas kasih meskipun terhadap sembelihan burung merpati, niscaya Allah akan menyayanginya pada hari kiamat “ (Bukhori)

MENAHAN AMARAH

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ، دَعَاهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُوْرِ شَاءَ (صحيح الترمذي)
“ Siapa yang mampu menahan amarah sedangkan dia mampu melakukannya, Niscaya Allah akan memanggilnya di hadapan makhluk-makhluknya hingga Dia memilihkan untuknya bidadari yang disukainya “.(Shahih Turmudzi)
KEUTAMAAN TAQWA

Allah swt berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا [الطلاق : 2]
“ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar “ (At-Thalaq : 2)

TAWADHU KARENA ALLAH SWT.
مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ (مسلم)
“ Siapa yang tawadhu’ karena Allah niscaya Allah akan mengangkat (derajatnya) “ (Muslim)

SABAR

Allah swt berfirman :
 إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ (10) سورة الزمر
Tiada lain disempurnakan pahala orang yang sabar dengan tanpa hitungan. [Az-Zumar :10]
Nabi bersabda yang artinya :
“Orang beriman sungguh menakjubkan, Semua perkaranya baik baginya, dan hal tersebut tidak terjadi kecuali bagi seorang mu’min, jika dia mendapatkan kebaikan dia bersyukur karena itu baik baginya, dan jika dia mendapatkan keburukan dia bersabar, karena itu baik baginya”. (Muslim)

ZUHUD TERHADAP DUNIA

اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ (السلسلة الصحيحة)
“ Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu “
(Silsilah Shahihah)



BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَوَصَّيْنَا الإِْنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا (العنكبوت : 8)
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya “.
(Al Ankabut 8)
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ، وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ
“ Ridhonya Robb terletak pada ridho orang tua, dan murkanya Robb terletak pada murkanya orang tua “ (Silsilah Shahihah)

رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ قِيْلَ : مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةِ مسلم
“ Celaka, celaka, celaka, (shahabat) bertanya : Siapa ya Rasulullah ? : “Siapa yang mendapatkan kedua orang tuanya disaat tua, salah satunya atau keduanya tapi tidak masuk syurga “ (Muslim)

BERBAKTI KEPADA BIBI
قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالأَرْ (النساء : 1)
Allah swt berfirman : “ Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim “.
(An-Nisa:1)

أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيْمًا فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ ؟ قَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ : لاَ، قَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : فَبِرَّهَا " ) صحيح الترمذي(
“ Seseorang mendatangi Rasulullahshollallohu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “ Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa yang besar, apakah aku dapat bertaubat ?”, beliau bersabda : “ Apakah ibumu masih ada ?”, dia berkata : “ Tidak “, beliau bersabda : “ Apakah kamu punya bibi ?”, : “Ya”, beliau bersabda : “ Berbuat baiklah kepadanya “. (Shahih Turmudzi)
MEMPERHATIKAN PARA JANDA, ANAK YATIM DAN ANAK WANITA

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : " السَّاعِيْ عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمَسَكِيْنِ كاَلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَكاَلْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ " متفق عليه
“ Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dari Rasulullah beliau bersabda : “ Orang yang memperhatikan janda dan orang miskin bagaikan mujahid di jalan Allah “ saya (Abu Hurairah) mengira beliau juga bersabda : “ Bagaikan orang yang beribadah tiada henti dan bagaikan orang yang selalu shoum “.(Muttafaq alaih)

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَقَالَ بِأَصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةُ وَالْوُسْطَى " (البخاري)
“ Saya dan orang yang mengurusi anak yatim (nanti) di Syurga seperti ini, seraya mengisyaratkan dua jarinya

مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ اللهُ، كَانَ لَهُ فِي كُلّ مَرَّةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٍ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيْمَةٍ أَوْ يَتِيْمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ. وَفَرَّقَ بَيْنَ أَصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةُ وَالْوُسْطَى "(أحمد 5/250)
“Siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap usapan tangannya akan melahirkan beberapa kebaikan, dan barang siapa yang berbuat kebaikan kepada anak yatim wanita maupun laki-laki yang ada padanya, maka saya akan bersamanya di syurga seperti ini, seraya mengacungkan kedua jarinya, jari telunjuk dan tengah “ (Ahmad 5/250)
مَا مِنْ رَجُلٍ تُدْرِكُ لَهُ ابْنَتَانِ فَيَحْسُنُ إِلَيْهِمَا مَا صَحِبَتَاهُ أَوْ صَحِبَهُمَا إِلَّا أَدْخَلَتَاهُ الْجَنَّةَ (صحيح ابن ماجة)
“ Seseorang yang memiliki dua orang anak wanita lalu diperlakukannya dengan baik selama keduanya bersamanya atau dia menemani keduanya kecuali keduanya memasukkannya ke syorga [Shohih Ibnu Majah]
WUDHU
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتَ أَظْفَارِهِ (مسلم)
Siapa yang berwudu dan melakukannya dengan baik, maka segala kesalahannya keluar dari tubuhnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”

إِسْبَـاغُ الْوُضـُوْءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَإِعْمَالُ الأَقْـدَامِ إِلِى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ يَغْسِلُ الْخَطَايَا غُسْلاً (صحيح الترغيب)
“ Menyempurnakan wudhu pada saat tidak menyenangkan, dan berjalan kaki ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat dapat mencuci (menghapus) kesalahan hingga bersih “ (Shahih Targhib)
لاَ يَتَوَضَّـأَ رَجُلٌ فَيَحْسُنُ وُضُوْءُهُ، ثُمَّ يُصَلِّي الصَّلاَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِي تَلِيْهَا " متفق عليه
“ Seseorang yang berwudhu dengan sempurna, kemudian melakukan shalat, niscaya dirinya akan diampuni antara shalatnya hingga shalat berikutnya” (Muttafaq alaih).

WUDHU DALAM KONDISI YANG TIDAK MENYENANGKAN
أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى مَا يَمْحُوْ اللهَ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتَ ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ : قَالَ : إِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ عَلَى الْمَكَارِهِ. وَكَثْرَةِ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَاْنْتِظَارِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ. فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ مسلم
“ Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus kesalahan dan meninggikan derajat”, mereka menjawab: “Mau ya Rasulullah ?”, “Berwudhu pada saat yang tidak menyenangkan dan memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, itulah jihad, itulah jihad “ (Muslim)

MENGUCAPKAN SYAHADAT SESUDAH WUDHU
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّلهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ مسلم
“Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan : Asyhadu alla ilaah illallahu wahdahu laa syarikalah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh, Allahummaj’alni minattawwabin waj’alni minal mutathahhirin, maka akan dibuka baginya pintu-pintu syurga yang dia dapat masuk dari mana saja dia suka “ (Muslim)

AZAN

مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِيْنِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّوْنَ حَسَنَةً وَبِإِقَامَتِهِ ثَلاَثُوْنَ حَسَنَة
ً )صحيح الجامع(
“ Siapa azan selama dua belas tahun maka wajib baginya mendapatkan syurga dan azannya setiap hari dicatat sebagai enampuluh kebaikan dan iqomahnya dihitung tigapuluh kebaikan “ (Shahih Jami’)

اَلْمُؤَذِّنُ يُغْفَرْ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كل رَطْبٌ وَيَابِ )صحيح أبي داود(
Mu’azin (orang yang azan) akan diampuni sepanjang suaranya dan disaksikan oleh semua makhluk-Nya” (Shahih Abu Daud)

اَلْمُؤَذِّنُ يُغْفَرْ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَأَجْرُهُ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَه )صحيح الجامع(
“ Seorang mu’azin diampuni sepanjang suaranya dan pahalanya bagaikan pahala orang yang shalat bersamanya “ (Shahih Jami’

BACAAN TATKALA MENDENGAR AZAN

مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنُ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. رَضِيْتُ بِاِللهِ رَبّاً وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ )مسلم(
Siapa yang berkata tatkala mendengar mu’azin : tatkala (selesai) mendengarkan azan : Asyhadu Allaailaaha illallah wahdahu laa syarikalah wa’anna Muhammadan abduhu warasuluh, radiitu billahi rabba, wabil Islami diina wabimuhammadin nabiyya warasulaa, maka dosanya akan diampuni “ (Muslim)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَامَ بِلاَلُ يُنَادِيْ فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صلى الله عليه وسلم " مَنْ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ هَذَا يَقِيْناً دَخَلَ الْجَنَّةَ"
“ Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dia berkata : Saat kami bersama Rasulullah berdirilah Bilal dan melakukan azan, tatkala diam bersabdalah Rasulullah : “ Siapa yang mengucapkan seperti apa yang dia ucapkan dengan yakin akan masuk syurga “

MEMBANGUN MASJID

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا كَمِفْحَصِ خُطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ " صحيح ابن ماجة
“ Siapa yang membangun masjid sekedar rumah burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di syurga “ (Shahih Ibnu Majah)

SIWAK
السِّوَاكُ تَطْهِرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ [إرواء الغليل]
“ Siwak dapat mensucikan mulut dan mendatangkan keridhoan Robb“ (Irwa’ul Ghalil).

BERJALAN MENUJU TEMPAT SHALAT

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَضَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهُمَا تُحَطُّ خَطِيْئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةٌ (مسلم)
“ Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian berangkat ke rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari Allah (shalat), niscaya langkah-langkahnya yang satu akan menghapuskan kesalahan dan yang lainnya akan mengangkat derajat “ (Muslim)

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نَزْلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ البخاري
“ Siapa yang segera berangkat ke masjid dan kemudian (setelah selesai shalat) keluar darinya niscaya akan Allah sediakan baginya syurga suatu tempat di syurga setiap kali dia berangkat dan keluar dari masjid “
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلىَ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُحْرِم ) صحيح أبي داود(
“ Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melakukan shalat fardhu, maka pahalanya bagaikan pahala orang yang sedang melakukan ihram “ (Shahih Abu Daud)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظُّلْمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ )صحيح ابن ماجة(
“ Berikan kabar gembira kepada orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid, yaitu bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang terang benderang pada hari qiyamat “ (Shahih Ibnu Majah)
SHALAT

إَنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَى بِذُنُوْبِهِ كُلِّهَا فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ وَعَاتِقَيْهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ "
) السلسلة الصحيحة(
“ Seorang hamba jika dia bangun untuk mendirikan shalat, maka didatangkan semua dosanya dan diletakkan diatas kepalanya dan kedua pundaknya, maka setiap kali dia ruku’ dan sujud berjatuhanlah (dosa-dosa itu) darinya “ (Silsilah Shahihah)

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ للهِ سَجْدَةً إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَرُفِعََ لَهُ بِهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوا مِنَ السُّجُوْدِ (صحيح الجامع)
“ Seorang hamba disaat sujud kepada Allah niscaya akan Allah tulis baginya satu kebaikan, dan dihapus darinya satu kesalahan dan diangkat baginya satu derajat, maka perbanyaklah kalian untuk bersujud “ (Shahih Jami’)

إِنَّ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يُذْهِبْنَ بِالذُّنُوْبِ كَمَا يُذْهِبُ الْمَاءُ الدَّرْنَ " (صحيح الجامع)
“ Sesungguhnya shalat (fardhu) yang lima itu menghapus segala dosa sebagaimana air menghapus kotoran “ (Shahih Jami’)


مَنْ أَتَمَّ الْوُضُوْءَ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ فَالصَّلَوَاتُ الْمَكْتُوْبَاتِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ “ ) مسلم(
“ Siapa yang menyempurnakan wudhu sebagaimana yang diperintahkan Allah, (kemudian dia melakukan) shalat-shalat yang difardhukan, niscaya semua itu menjadi penghapus (dosa-dosa) diantara shalat fardhu itu.” (Muslim)

أَفْضَلُ الصَّلَوَاتٍ عِنْدَ اللهِ صَلاَةُ الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ فِي جَمَاعَةٍ ) صحيح الجامع(
“ Shalat yang paling afdhal disisi Allah adalah shalat Shubuh pada hari Jum’at secara berjamaah” (Shahih Jami’)

SHALAT DI AWAL WAKTU
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلىَ اللهِ الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا، ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ )متفق عليه(
“ Perbuatan yang paling disukai Allah adalah (melakukan) shalat pada awal waktu, kemudian berbakti kepada orang tua, kemudian jihad di jalan Allah “ (Muttafaq alaih)

فَإِنَّ رَبَّكُمْ يَقُوْلُ : مَنْ صَلَّى الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا، وَحَافَظَ عَلَيْهَا وَلَمْ يُضَيِّعْهَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّهَا، فَلَهُ عَلَيَّ عَهْدٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ [ إرواء الغليل 387]
“ Sesungguhnya Rabb kalian berfirman : Siapa yang shalat pada waktunya dan menjaganya serta tidak melalaikannya karena menganggap remeh kedudukannya, maka baginya ada janji dari-Ku untuk Aku masukkan kedalam syurga “

SHALAT BERJAMAAH
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِيْ جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلاَتُهُ فِي سُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً، وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّرَفَعَهُ اللهُ بِهِ دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً، حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ، وَتُصَلِّي الْمَلاَئِكَةَ عَلَيْهِ مَا دَامَ فيِ مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ، يَقُوْلُوْنَ : اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَالَمْ يُؤْذِ فِيْهِ أَوْ يَحْدُثْ فِيْهِ " (متفق عليه)
“ Shalatnya seseorang dalam jama’ah dibanding shalatnya di rumah dan di pasar nilainya lebih banyak duapuluh lima derajat, hal yang demikian itu karena jika salah seorang diantara kamu menyempurnakan wudhunya kemudian berjalan menuju masjid hanya untuk tujuan shalat, niscaya maka setiap langkahnya akan mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahannya hingga dia masuk masjid, jika dia telah masuk masjid, maka (pahalanya) dia bagaikan dalam keadaan orang shalat, selama shalat yang membuatnya tidak beranjak, sementara para malaikat mendoakannya selama dia ditempat shalatnya dengan mengucapkan : Yaa Allah, ampunilah dia, Yaa Allah sayangilah dia, Yaa Allah berilah dia taubat, selama dia tidak menyakiti (orang lain) didalamnya dan tidak berhadats “ (Muttafaq alaih)

مَنْ صَلَّى أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ، يُدْرِكُ التَّكْبِيْرَةِ الأُوْلَى، كُتْبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ، بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ " (صحيح الجامع)
“ Siapa yang shalat sebanyak empat puluh hari secara berjamaah, dan mendapatkan takbir pertama, dicatat baginya dua kebebasan, kebebasan dari neraka, dan kebebasan dari nifaq (sifat munafiq) “ (Shahih Jami’)

BERADA DI BARISAN PERTAMA DALAM SHALAT

لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا فِي الصَّفِّ الأَوَّلِ لَكَانَتْ قُرْعَةً مسلم
“ Seandainya kalian mengetahui apa yang terdapat dalam barisan pertama niscaya mereka akan melakukan undian (untuk mendapatkannya)”. (Muslim)

MENGUCAPKAN AMIN

إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنَهُ تَأْمِيْنَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه ِ )متفق عليه(
“ Jika Imam mengucapkan amin maka hendaklah kalian juga mengucapkan amin, karena siapa yang aminnya berbarengan dengan malaikat niscaya akan diampuni baginya dosa sebelumnya” (Muttafaq alaih)

UCAPAN MAKMUM DALAM I’TIDAL

إِذَا قَالَ الإِمَامُ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه، فَقُولُوا : اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ) البخاري(
“ Jika Imam berkata : Sami’allahuliman hamidah, maka ucapkanlah: Allahumma rabbana walakal hamdu. Karena siapa yang ucapannya berbarengan dengan ucapan malaikat niscaya akan diampuni baginya dosa sebelumnya “ (Bukhori)
SHALAT JUM’AT

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمْعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ وَزِيَادَةَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مسلم
“ Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat untuk shalat jum’at, lalu mendengarkan (khutbah) dan diam, niscaya akan diampuni baginya antaranya dan antara Jum’at berikutnya ditambah tiga hari”. [HR. Muslim ].

BERSEGERA UNTUK SHALAT JUM’AT

مَنْ غَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَرَ وَالتَبَكُّرِ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ الإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يُلْغِ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةِ أَجْرِ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا ) صحيح الترمذي(
“ Siapa yang mandi pada hari Jum’at dan bersegera (berangkat) dengan berjalan tanpa berkendaraan, lalu mendekati tempat imam dan mendengarkan serta tidak berbuat sia-sia, maka bagi setiap langkahnya bagaikan pahala amal puasanya dan ibadahnya selama satu tahun “ (Shahih Turmudzi).

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةٍ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ “ )متفق عليه(
“ Siapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi junub kemudian berangkat (pada waktu pertama) maka dia bagaikan berkorban dengan seekor onta, barang siapa yang berangkat pada waktu kedua seakan-akan berkurban dengan satu ekor sapi. Barang siapa berangkat pada waktu yang ketiga seakan-akan berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk dan barang siapa yang berangkat pada waktu yang keempat seakan-akan berkurban dengan seekor ayam jago. Barang siapa yang berangkat pada waktu yang kelima seakan-akan dia berkurban dengan satu butir telur dan jika imam keluar untuk naik mimbar datanglah malaikat untuk mendengan dzikir[Khutbah].

WAKTU MUSTAJAB PADA HARI JUM’AT

إِنَّ فِي الْجُمْعَةِ لَسَاعَةٌ لم يوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ" )متفق عليه(
“ Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat sa’at-sa’at yang jika bertepatan pada waktu seorang muslim yang sedang sedang shalat meminta kepada Allah tentang kebaikan niscaya akan Allah berikan kepadanya “ (Muttafaq alaih)

SHALAT NAFILAH (SUNNAH)
صَلاَةُ الرَّجُلِ تَطَوَّعًا حَيْثُ لاَ يَرَاهُ النَّاسُ تَعْدِلُ صَلاَتَهُ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ صحيح الجامع
“ Shalat sunnahnya seseorang yang tidak dilihat manusia menyerupai shalatnya dia di depan manusia sebanyak dua puluh lima kali “ (Shahih Jami’)

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا )مسلم(
“ Dua rakaat (sebelum shalat) Fajar lebih baik dari dunia beserta isinya “ (Muslim)

مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي الْيَوْمِ وَالَّليْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ : أَرْبَعاً قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ )صحيح النسائى(
“ Siapa yang secara konsisten melakukan dua belas rakaat (shalat Rawatib) setiap hari dan malam niscaya akan masuk syurga : Empat rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh “ (Shahih Nasa’i).

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعَ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّار ) صحيح أبي داود(
“ Siapa yang menjaga empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dia dari api neraka “ (Shahih Abu Daud)

رَحِمَ اللهُ امْرَءًا صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعاً صحيح أبي داود
“ Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar “ (Shahih Abu Daud)

SHALAT DUHA

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَي مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى مسلم
“Setiap tulang persendian kalian harus dishadaqahi, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, amar ma’ruf adalah shadaqah, nahi munkar adalah shadaqah, yang demikian itu dapat terbalas dengan melakukan dua rakaat shalat Dhuha.

SUJUD

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ للهِ سَجْدَةً إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَمَحَى عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوا مِنَ السُّجُوْدِ ) حيح ابن ماجة(
“ Tidak ada seorang hamba yang bersujud kepada Allah sekali sujud saja niscaya Allah tulis baginya dengan sujudnya itu, sebuah kebaikan, dan Dia hapus kesalahan-Nya, Dia derajat-Nya.

QIYAMULLAIL (TAHAJJUD)

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَقُرْبَةٌ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَمُنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيْر للِسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ ) مسلم صحيح الجامع(
“Hendaklah kalian melakukan qiyamullail karena hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, dapat menghapuskan dosa serta kesalahan dan dapat menyingkirkan penyakit dari badan” (Muslim, shahilul Jami’)

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ الَّليْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا كُتِبَا فِي الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ صحيح الترغيب
“Jika seseorang membangunkan istrinya pada waktu malam, kemudian mereka berdua shalat, atau dia shalat dua rakaat bersama-sama, maka mereka berdua dicatat sebagai orang-orang yang berzikir” (Shahih Targhib)

BERZIKIR SETELAH SHALAT SHUBUH HINGGA TERBIT MATAHARI

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةً تَامَّةً تَامَّةً )صحيح الترمذي(
“Siapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian duduk hingga terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, maka baginya bagaikan pahala haji dan umroh dengan sempurna….dengan sempurna….dengan sempurna ”

َلأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ )صحيح أبي داود(
“Saya duduk bersama orang-orang yang berzikir setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari lebih saya sukai dari pada membebaskan empat orang budak dari Bani Isam’il” (Shahih Abu Daud)

BERZIKIR KEPADA ALLAH SETELAH SHALAT ASHAR HINGGA TERBENAM MATAHARI

َولأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلىَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً صحيح أبي داود
“Saya duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah dari shalat Ashar hingga terbenam matahari lebih saya sukai dari pada membebaskan empat orang budak” (Shahih Abu Daud)
ZIKIR DAN TASBIH

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ : كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ قَالَ يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفَ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفَ خَطِيْئَةٍ مسلم
“Tidak mampukah salah seorang diantara kalian meraih seribu kebaikan dalam sehari ?, maka berkatalah salah seorang shahabatnya: “Bagaimanakah salah seorang diantara kita meraih seribu kebaikan (dalam sehari) ?. Beliau bersabda: “Ucapkanlah tashbih(سبحان الله وبحمده/Subhanallah) seratus kali, niscaya akan dicatat baginya seribu kebaikan dan dihapus baginya seribu keburukan” Muslim

كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلىَ الرَّحْمَنِ : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ )صحيح ابن ماجة(
“Ada dua kalimat yang ringan (diucapkan) oleh lisan tetapi berat dalam timbangan disisi Allah: Subhanallah wabihamdihi subhanallahil Adzim “ (Shahih Ibnu Majah).

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ يَغْرِسُ لَكَ بِكَ وَاحِدَةً شَجَرَةَ فِي الْجَنَّةِ صحيح ابن ماجه
“Subhanallah Walhamdulillah Walaailaaha Illallah Wallahuakbar, (adalah kalimat yang dengan membacanya) akan ditanamkan bagimu sebatang pohon dalam syurga “( Shahih Ibnu Majah)

ZIKIR TATKALA BANGUN DARI MAJLIS

مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسِهِ يَكْثُرُ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ صحيح التزمذي
“Siapa yang duduk dalam majlis yang didalamnya banyak terdapat senda gurau, kemudian sebelum beranjak dari tempat itu dia mengucapkan: Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaaik, maka dia akan diampuni atas apa yang diperbuatnya pada majlisnya tersebut” (Shahih Turmuzi).

ISTIGHFAR

قال الله تعالى :وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْراً رَحِيْماً )النساء 110(
“ Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya. Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Pengampun Lagi Maha Penyayang “
(An Nisa 110).

وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ (آل عمران : 135)
“ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah …” (Ali Imran 135)
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ إِسْتِغْفَارًا كَثِيْراً )صحيح ابن ماجه(
“Beruntunglah orang yang mendapatkan dalam lembaran (kehidupan)-nya istighfar yang banyak” (Shahih Ibnu Majah).

مَامِنْ عَبْدٍ يَذْنِبُ ذَنْباً فَيُحْسِنُ الطَّهُوْرَ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ : وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ إِلَى آخِرِ الآيَةِ )صحيح أبي داود(
“Setiap hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian dia bersuci (berwudhu) dengan sempurna, kemudian dia berdiri untuk melaksanakan shalat dua rakaat kemudian istighfar kepada Alloh subhaanahu wa ta’aalaa. pastilah Alloh ampuni buatnya . Kumudian Beliau membaca ayat ini : وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ Sampai ahir ayat.
UCAPAN لا حول ولا قوة إلا بالله
أَكْثِرْ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ فَإِنَّهَا مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ )صحيح ابن ماجه(
“Perbanyaklah membaca: Laa haula Walaa Quwwata Illah Billah” karena merupakan gudang harta di syurga” (Shahih Ibnu Majah)

SHALAWAT KEPADA NABI

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشَرَ خَطِيْئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ )صحيح النسائي(
“Siapa yang (membaca) shalawat kepadaku sekali saja maka Allah akan bershalawat (merahmatinya) sepuluh kali dan dihapuskan baginya sepuluh kesalahan serta diangkat untuknya sepuluh derajat” (Shahih An Nasa’i).

PUASA
الصَّوْمُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ ) صحيح الجامع(
“Puasa (shoum) adalah tameng yang dengannya seorang hamba berlindung dari api neraka” (Shahih Al Jami’)
مَنْ صَامَ يَوْماً فِي سَبِيْلِ اللهِ بَاعَدَ اللهُ مِنْهُ جَهَنَّمَ مَسِيْرَةَ مِائَةَ عَامٍ )صحيح الجامع(
“Siapa yang puasa sehari di jalan Allah, maka Allah jauhkan darinya api neraka sejauh seratus tahun perjalanan [Shohih Al-Jami’]

مَنْ عَتَمَ لَهُ بِصَوْمِ يَوْمٍ مُحْتَسِباً عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ )السلسلة الصحيحة(
“Siapa yang melakukan shoum sehari dengan mengharap pahala dari Allah ta’ala maka dia masuk syurga” ( Silsilah Shahihah).


PUASA TIGA HARI SETIAP (PERTENGAHAN) BULAN

مَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ فَقَدْ صَامَ الدَّهْرُ كُلُّهُ )صحيح الجامع(
“Siapa yang shoum tiga hari setiap bulan maka dia seperti berpuasa sepanjang masa”
(Shahih Jami’).

PUASA RAMADHAN

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ا)لبخاري(
“Siapa yang yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu” [Al Bukhori].

SHOUM ENAM HARI PADA BULAN SYAWAL

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتاًّ مِنْ شَوَّال كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ )مسلم(
“Siapa yang puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa Syawwal enam (hari) maka dia bagaikan puasa selamanya” (Muslim).

PUASA PADA MUSIM DINGIN

الصَّوْمُ فِي الشِّتَاءِ الْعَنِيْمَةُ الْبَارِدَةُ )السلسلة الصحيحة(
“Puasa pada musim dingin bagaikan mendapatkan ghanimah (rampasan perang) dingin” (Silsilah Shahihah)

PUASA HARI ARAFAH DAN HARI ‘ASYURO

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ وَمَنْ صَامَ عَاشُوْرَا غُفِرَ لَهُ سَنَةً صحيح الترغيب
“Siapa yang puasa pada hari Arafah maka diampuni baginya (dosa) setahun sesudahnya dan setahun sebelumnya, dan siapa yang puasa Asyuro maka diampuni baginya (dosa) setahun” (Shahih Targhib)

PUASA SYA’BAN

شَعْبَانُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ يَغْفَلُ النَّاسَ عَنْهُ تَرْفَعُ فِيْهِ الأَعْمَالَ فَأَحَبُّ أَنْ لاَ يُرْفَعُ عَمَلِي إِلاَّ وَأَنَا صَائِمٌ )السلسلة الصحيحة(
“(Bulan) Sya’ban terletak antara (bulan) Rajab dan Ramadhan, banyak orang yang mengabaikannya, pada bulan itu perbuatan manusia diangkat, maka aku ingin saat amalku diangkat aku berada dalam keadaan shoum” (Silsilah Shahihah).

PUASA PADA BULAN MUHARRAM

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمِ )مسلم(
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah (yaitu) Muharram” (Muslim).

MEMBERI MAKAN BERBUKA BAGI ORANG YANG PUASA

مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئا )صحيح الجامع(
“Siapa yang memberi makan berbuka bagi orang berpuasa maka baginya pahala seperti orang tersebut dan tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun” (Shahih Jami’).






SAHUR

السَّحُوْرُ كُلُّهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجَرَّعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْن )صحيح الترغيب(
“Sahur semuanya adalah barokah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun sekedar meminum seteguk air, karena Allah ta’ala dan malaikatnya mendoakannya kepada orang yang sahur”.(shahih targhib).

BERIBADAH PADA BULAN RAMADHAN

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ا ل)بخاري(
“Siapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu” (Bukhori)

BERIBADAH PADA LAILATUL QADAR

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدَرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ) متفق عليه(
“Siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu” (Muttafaq alaih).


ZAKAT

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة الْجُهَنِي رَضِيَ اللهَ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنْ قَضَاعَةٍ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ، فَقَالَ : إِنِّي شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ وَصَلَيَّتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَقُمْتُهُ آَتَيْتُ الزَّكاَةَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ مَنْ مَاتَ عَلىَ هَذاَ كَانَ مِنَ الصَّدِيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ )صحيح الترغيب(
“Dari Umar bin Murroh Al Juhany radiallahu anhu dia berkata: Datang seseorang dari (suku) Qudhoah kepada Rasulullah, lalu berkata: “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah Rasulullah, aku melakukan shalat (fardhu) yang lima, aku berpuasa pada bulan Ramadhan, aku laksanakan zakat, maka Rasulullah bersabda: “Siapa yang meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia tergolong orang-orang yang jujur (shiddiqin) dan syuhada” (Shahih Targhib).

ZAKAT FITRAH

صَدَقَةُ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، طُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ ) صحيح الترغيب(
“Shadaqah (zakat) fitrah adalah pensuci bagi orang yang berpuasa dari kelalaian dan perbuatan buruk dan untuk memberi makan bagi orang-orang miskin” (Shahih Targhib).

SHADAQAH

الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّار )صحيح الترغيب(
“Puasa adalah tameng dan shadaqah dapat memadamkan (menghapus) kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (Shahih Targhib)

عَلَيْكُمْ بِصَدَقَةِ السِّرِّ فَإِنهَّاَ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ )صحيح الجامع(
“Hendaklah kalian bershodaqah dengan tersembunyi, karena hal demikian itu dapat menahan amarah Allah azza wa jalla” (Shahih Jami’)

UCAPAN YANG BAIK

اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِن لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ )صحيح الجامع(
“Takutlah kalian terhadap api neraka walau dengan sekerat korma, jika tidak dapat maka hendaklah (bersedekah) dengan kalimat yang baik” (Shahih Jami’).



TIDAK BERBUAT BURUK KEPADA MANUSIA

كَفُّ شَرُّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ ) صحيح الجامع(
“Tahanlah perbuatan burukmu dari orang lain, karena yang demikian itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu” (Shahih Jami’).

HAJI

مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ ) البخاري(
“Siapa yang menunaikan haji kemudian dia tidak berkata kotor dan berlaku buruk maka dia pulang bagaikan saat dilahirkan ibunya” (Bukhori)

أًمَّا خُرُوْجُكَ مِنْ بَيْتِكَ تَؤُمُّ الْبَيْتَ الْحَرَامَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ وَطْأَةٍ تَطَؤُهَا رَاحِلَتُكَ يَكْتُبُ اللهُ لَكَ بِهَا حَسَنَةً وَيَمْحُو عَنْكَ بِهَا سَيِّئَةً . وَأَمَّا وُقُوْفُكَ بِعَرَفَةَ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِهِمُ المَلاَئِكَةَ فَيَقُوْلُ هَؤُلاَءِ عِبَادِي جَاءُوْنِي شَعْثاً غُبْرًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ يَرْجُوْنَ وَيَخَافُوْنَ عَذَابِي وَلَمْ يَرَوْنِي فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي ؟ فَلَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلَ رَمْلٍ عَالِجٍ أَمْ مِثْلَ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَوْ مِثْلَ قَطْرِ السَّمَاءِ ذُنُوْباً غَسَلَهَا اللهُ عَنْكَ وَأَمَّا رَمْيُكَ الْجِمَارَ فَإِنَّهُ مَدْخُوْرٌ لَكَ وَأَمَّا حَلْقُكَ رَأْسَكَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ تَسْقُطُ حَسَنَةً فَإِذَا طُفْتَ بِالْبَيْتِ خَرَجْتَ مِنْ ذُنُوْبِكَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ
)صحيح الجامع(
“Adapun keluarnya kamu dari rumahnya dengan tujuan Baitullah, maka setiap langkah yang dilangkahkan tungganganmu (kendaraan) akan dihitung sebagai kebaikanmu dan penghapus bagi kesalahanmu, sedangkan wukufmu di Arafah maka Allah turun dari langit dunia dan membanggakan mereka kepada para malaikat seraya berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku, datang kepada-Ku dalam keadaan kumal dan berdebu dari setiap penjuru dan mereka takut akan azab-Ku padahal mereka tidak melihat-Ku, apatah lagi jika mereka melihat-Ku. Seandainya dosa-dosamu sebanyak butiran pasir, atau sebanyak hari-hari dunia atau sebanyak tetesan air hujan maka Aku akan mensucikannya darimu. Sedangkan engkau melempar jumroh, maka hal itu akan dihitung sebagai simpananmu. Adapun engkau mencukur kepala maka setiap helai rambut yang berjatuhan dihitung sebagai kebaikanmu dan jika engkau thawaf di Baitullah, maka engkau akan keluar dari dosa-dosamu bagaikan orang yang baru dilahirkan ibunya” (Shahih Jami’).

الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ )صحيح الجامع(
“Haji yang mambrur tidak ada balasannya kecuali syurga” (Shahih Jami’)

AMAL SHALEH PADA HARI SEPULUH (PERTAMA) BULAN DZULHIJJAH

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ أَحَبُّ إِلَى اللهِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِي عَشْرَةَ ذِي الْحِجَّةِ . قَالُوا وَلاَ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ )ا لبخاري(
“Tidak ada suatu hari yang amal sholeh didalamnya lebih dicintai Allah kecuali pada hari-hari ini yaitu sepuluh hari bulan Dzul Hijjah. Mereka berkata: “Tidak juga jihad di jalan Allah?”. Beliau bersabda: “Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali seseorang yang keluar (berjihad) dengan dirinya dan hartanya dan tidak ada yang kembali darinya satupun” (Bukhori).

UMROH

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطَ ا ) صحيح الجامع(
“Antara umroh yang satu dengan umroh yang lain merupakan kaffarah (penghapus) dosa-dosa dan kesalahan” (Shahih Jami’)

عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ كَحَجَّةٍ مَعِي )صحيح الجامع(
“Umroh di (bulan) Ramadhan bagaikan (melaksanakan ibadah) haji bersamaku”
(Shahih Jami’)

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّ مُتَابَعَةَ بَيْنِهِمَا تُنْفِي الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ كَمَا يُنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ) السلسلة الصحي(
“Iringilah antara haji dan umroh, karena melaksanakan keduanya dapat menyingkirkan kefakiran sebagaimana tempaan api panas menghilangkan karat pada besi”( Silsilah Shahihah)

MENGUSAP HAJAR ASWAD DAN RUKUN YAMANI

إِنَّ مَسْحَ الْحَجْرِ الأَسْوَدِ وَالرُّكْنَ الْيَمَانِي يُحَطَّانِ الْخَطَاياَ ح )صحيح الجامع(
“Mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani menghapuskan kesalahan” Shahih Jami’

BERJIHAD DI JALAN ALLAH

لَغَدْوَةٌ أَوْ رَوْحَةٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا )إرواء الغليل : 282(
“Berangkat dipagi atau sore hari (saat berjihad) dijalan Allah lebih baik nilainya dari dunia dan seisinya” Irwa’ Al Ghalil 282.

مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ )إرواء الغليل(
“Siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah haramkan baginya api neraka” (Irwa’ul Ghalil).

رِبَاطُ شَهْرٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ دَهْرٍ وَمَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ اللهِ أَمِنَ مِنَ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ وَغَدَى عَلَيْهِ بِرِزْقِهِ وَرِيْحٍ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُجْرَي عَلَيْهِ أَجْرَ الْمُرَابِطِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللهُ )صحيح الجامع(

“Berjihad selama sebulan lebih baik dari puasa selamanya dan siapa yang meninggal saat berjihad maka Allah lindungi dirinya dari kekalutan yang paling besar dan dia (di hari kiamat) akan berangkat membawa rizkinya dan wangi syurga serta pahalanya tetap dihitung sebagai pahala orang yang berjihad hingga hari kiamat” (Shahih Jami’)

مَوْقِفُ سَاعَةٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ عِنْدِ الْحَجَرِ الأَسَوَدِ
“Sesaat berada dalam (jihad) di jalan Allah, hal itu lebih baik dari melakukan shalat malam pada Lailatul Qadar di hadapan Hajar Aswad”

INFAQ DI JALAN ALLAH

مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ كُتِبَتْ لَهُ سَبْعَمِائَةِ ضِعْفٍ ) مسلم(
“Siapa yang berinfaq di jalan Allah maka dicatat baginya tujuh ratus kali lipat”. (Muslim)

مَنْ جَهَّزَ غَازِياً فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي أَهْلِهِ فَقَدْ غَزَا )مسلم(
“Siapa yang menyediakan (segala keperluan) bagi seorang yang berperang maka dia (dianggap) telah berjihad dan siapa yang memberikan jalan bagi keluarganya untuk berperang maka dia telah berperang” (HR. Muslim).


JUJUR DAN AMANAH DALAM PERDAGANGAN DAN PERLAKUAN YANG BAIK

التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءُ )صحيح الترمذي(
“Pedagang yang jujur dan terpercaya (nanti di hari kiamat akan dikumpulkan) bersama para nabi dan orang-orang yang benar serta para syuhada”. (Shahih Turmuzi).




الْبَيْعَانِ بِالْخِيَارِ مَالَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَّا بُوْرِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذِبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا )البخاري(
“Penjual dan pembeli masih berada dalam keadan khiyar (boleh memilih antara jadi atau tidak) selama keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan menjelaskan (hal yang sebenarnya) maka keduanya diberkahi dalam jual belinya tersebut, dan jika keduanya berbohong dan menyembunyikan (hal yang sebenarnya) maka dihapuslah keberkahan jual belinya keduanya”( Bukhori)

أَدْخَلَ اللهُ رَجُلاً الْجَنَّةَ كَانَ سَهْلاً بَائِعاً وَمُشْتَرِيًا صحيح النسائي
“Allah ta’ala memasukkan kedalam syurga seseorang yang mudah dalam menjual dan membeli” (Shahih An Nasa’i).

MENJENGUK ORANG SAKIT

مَا مِنْ رَجُلٍ يَعُوْدُ مَرِيْضًا مُمْسِيًّا إِلا َّ خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ أَتَاهُ مُصْبِحٌ خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ حَتَّى يُمْسِي صحيح الجامع
“Seseorang yang pada sore hari menjenguk orang sakit, maka saat keluar diringi oleh tujuh puluh ribu malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga pagi hari dan siapa yang menjenguknya pada pagi hari maka saat dia keluar diringi tujuh puluh ribu malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga sore hari”.(shahih Jami’).

MENSHALATKAN MAYIT DAN MENGANTAR JENAZAH
مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّي عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنُ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ . (قِيْلَ : وَمَا الْقِيْرَاطَانِ ؟ ) قَالَ : مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ" مسلم
“Siapa yang menghadiri jenazah hingga dishalatkan maka baginya satu qirath dan siapa yang menyaksikannya hingga dimakamkan maka baginya dua qirath (dikatakan: Apakah yang dimaksud dua qirath ?) beliau bersabda: “Bagaikan dua gunung yang besar” (HR. Muslim)

MEMANDIKAN MAYIT DAN MENGKAFANI

مَنْ غَسَلَ مَيْتاً فَسَتَرَهُ سَتَرَهُ اللهُ مِنَ الذُّنُوْبِ وَمَنْ كَفَنَهُ كَسَاهُ اللهُ مِنَ السُّنْدُسِ )صحيح الجامع(
“Siapa yang memandikan orang mati kemudian dia menutupinya maka Allah akan menutupkan dosa-dosanya, dan siapa yang mengkafaninya maka Allah akan mengenakannya (pakaian) dari Sundus” (Shahih Jami’)



BERHARAP PAHALA ATAS DATANGNYA MUSIBAH

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : ابْنُ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَاباً دُوْنَ الْجَنَّةِ
)صحيح ابن ماجه(
“Allah ta’ala berfirman: Anak Adam… jika engkau sabar dan mengharapa pahala saat pertama kali datang musibah maka tidak ada balasan yang aku ridhoi kecuali syurga”
(Sahih Ibnu Majah).



SHADAQAH UNTUK YANG SUDAH MENINGGAL DAN KEUTAMAAN MEMBERIKAN AIR

عَنْ سَعْد بْنِ عُبَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : الْمَاءُ قَالَ : فَحَفَرَ بِئْراً وَقَالَ : هَذِهِ ِلأُمِّ سَعْد )صحيح ابن ماجه(
“ Dari Saad bin ‘Ubadah radiallahuanhu, sesungguhnya dia berkata: Yaa Rasulullah sesungguhnya Ummu Sa’ad telah meninggal, shadaqah apakah yang paling utama ?”, beliau bersabda: “ Air “, maka dia menggali sumur lalu berkata: “ Ini (pahalanya) untuk Ummu Sa’ad ”.(Shahih Ibnu Majah).

DOA DARI KEJAUHAN

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ِلأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِيْن وَلَكَ بِمِثْل مسلم
“ Doa seorang muslim untuk saudaranya di kejauhan mustajab, dikepalanya terdapat malaikat yang di tugaskan, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya berupa kebaikan, maka malaikat yang ditugaskan tersebut berkata: “Amiin, dan engkaupun mendapatkan hal serupa “
(Muslim)